Setelah puas melihat gerhana dari atas Kapal Badan Keamanan Laut (Bakamla), Rabu (9/3/2016) rombongan Laskar Gerhana juga tidak lupa menikmati sedapnya kopi Belitung. Malam hari pun dihabiskan dengan ngobrol dan secangkir kopi.
Setelah sempat bertanya pada d'Traveler asal Bangka sekaligus anggota Laskar Gerhana, Darwance, pilihan tempat ngopi pun jatuh pada Warkop Kong Djie yang berada di daerah Pelabuhan Tanjung Pandan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesampainya di hotel, detikTravel dan Darwance pun sepakat untuk jalan kaki pada pukul 22:00 WIB. Namun tidak disangka, d'Traveler Laskar Gerhana Nurul Huda dan Kartika Eka juga tertarik untuk ikut ngopi.
Saat menunggu rombongan di lobi, ternyata rekan dari Pasang Mata Detikcom juga tertarik untuk ikut bergabung. Jadilah kami berlima jalan santai menuju Warkop Kong Djie yang berada tidak jauh dari Tugu Batu Satam.
![]() |
Setibanya di Warkop Kong Djie, saya langsung memesan empat kopi hitam dan satu kopi susu. Sebenarnya saat itu warkop sudah mau tutup, tapi ramainya warung membuat waktu tutup jadi diperpanjang. Beruntungnya kami.
Sambil santai, obrolan pun mengalir. Tradisi ngopi di Bangka dan Belitung hingga kisah mistis pun menjadi bahasan. Keasyikan ngobrol, kami pun jadi tamu terakhir Warkop Kong Djie di hari itu.
Jika Anda mau coba, secangkir kopi di Warkop Kong Djie dihargai Rp 10 ribu. Rasa kopi memang sudah tidak perlu diragukan lagi sedapnya. Tapi menurut Darwance yang asli Bangka, ternyata harga segitu cukup mahal lho.
"Kalau saya bilang sih ini harganya cukup mahal, kalau di tempat lain di sini lebih murah. Mungkin karena ini populer," jelas Darwance.
Walau harga kopi di Warkop Kong Djie tergolong tidak murah di kalangan lokal, tapi suasana dan rasa kopinya memang nikmat. Jika mampir ke Belitung, traveler pun bisa memasukkan warkop ini sebagai rekomendasi.
![]() |
(rdy/shf)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan