Rombongan beranggotakan 10 orang ini sampai di Masjid Istiqlal pada Minggu (6/3/2016) sore, dan langsung menuju ke area dalam masjid. Ini merupakan bagian kegiatan Famtrip yang diadakan Kementerian Pariwisata guna menjaring wisman asal Korea Selatan, terutama menjelang gerhana matahari total.
Namun sebelum melangkah lebih jauh untuk berkeliling, mereka yang berpakaian kurang sopan harus mengenakan pakaian tambahan berupa piyama panjang berbahan batik warna coklat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rombongan turis asal Korea ini pun dibawa untuk menuju ke lantai 2. Mereka dengan seksama mendengarkan penjelasan dari sang pemandu mengenai sejarah dibangunnya Masjid Istiqlal, sampai segala seluk beluk tentang masjid terbesar di kawasan ASEAN ini.
"Ini masjid ketiga terbesar di dunia, mampu menampung 61 ribu sampai 200 ribu orang jamaah secara keseluruhan. Kami terbuka dengan kunjungan dari agama apapun, hindu, buddha, kristen, semua kami terima. Turis dari Korea Selatan banyak yang ke Istiqlal," kata Abu.
Bahkan, menurut penjelasan Abu, lahan parkir di Masjid Istiqlal sering digunakan oleh Jamaah Katedral apabila sedang ada acara seperti kebaktian atau peringatan hari raya tertentu. Pengurus masjid malah mempersilahkan lahan parkirnya dipakai, dan selama ini tidak pernah muncul masalah. Selalu rukun-rukun saja.
Itu merupakan bentuk toleransi yang dilakukan Masjid Istiqlal. Meski berbeda, mereka saling menghormati. Turis Korea pun tampak antusias mendengarkan penjelasan Abu. Tak jarang mereka bertanya tentang masjid ini. Tak ingin kelewatan momen, mereka juga mengambil gambar hampir di setiap sudut masjid yang menurut mereka cantik.
Setelah puas melihat isi masjid dan belajar toleransi, rombongan turis Korea ini akan bertolak ke Bandung, dan diteruskan menuju ke Palembang pada Rabu (9/3) untuk melihat momen gerhana matahari total. (aff/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan