Pantauan di Festival Danau Sentani yang digelar di kawasan wisata Khalkhote, Sentani Timur, acara dibuka oleh Bupati Jayapura, Mathius Awaoitauw, Minggu (19/6/2016). Sebelum resmi dibuka, soft opening festival diawali dengan pertunjukan paduan suara anak dan remaja Eloi Choir yang tampil cukup memukau.
Mengambil tema 'Satu dalam Keanekaragaman Meraih Kejayaan', FDS ditujukan untuk memadukan keragaman budaya yang ada di sekitar Danau Sentani. Selain itu juga sebagai ajang promosi produk-produk budaya dan ekonomi kreatif warga setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kita bersyukur para pendiri bangsa melalui Pancasila bisa mempersatukan kita menjadi ruh untuk bisa diimplementasikan dalam kehidupan. Dan seluruh daerah menyampaikan pesan perdamaian dan kesatuan," ucapnya.
"Untuk ke depan tidak hanya kepanitiaan tapi agar bisa dikelola badan yang kuat atau swasta agar bisa lebih profesional. Sentani pengelolaan danau bisa dalam bentuk otoritas seperti Danau Toba. Satu manajemen, Danau dan (perbukitan) Cyclop jadi satu kesatuan destinasi di Indonesia Timur," tambah Mathius.
Usai pembukaan, pemda dan BNN melakukan launching program Jayapura bebas narkoba. Lalu ada lomba suling Tambur untuk kampung atau wilayah yang ada di sekitar Danau Sentani.
Semakin sore, semakin banyak pengunjung datang ke lokasi acara. Tak sedikit turis mancanegara yang juga penasaran datang untuk menyaksikan FDS. Seperti seorang wisatawan asal Belanda, Kees Van Den Abbeelen.
![]() |
Tak hanya pertunjukkan yang meramaikan acara. Stan-stan yang menjual barang hasil karya warga Sentani dan sekitarnya tak kalah semarak. Hampir semua stan menjual tas khas Papua, Noken.
Lalu ada juga topi atau ikat kepala yang menjadi ciri Bumi Cenderawasih, anyaman, ukiran, dan lainnya. Termasuk kuliner atau jajanan khas Papua seperti Papeda dan Punang.
"Noken ada yang Rp 500 ribu, Rp 300 ribu, macam-macam. Kita ambil dari kampung-kampung. Mereka anyam, kita bantu pasarkan dengan harga yang sudah mereka tentukan," ungkap salah satu pengisi stan Ikatan Perempuan Adat Demutru, Konstantina Waricu.
Namun yang cukup menarik perhatian adalah stan Suku Kamoro yang berasal dari Kabupaten Timika. Difasilitasi PT Freeport Indonesia, mereka sengaja datang untuk mempertunjukkan tarian mereka.
![]() |
Tak sedikit siulan dan sorak sorai dari penonton semakin memeriahkan penampilan Suku Kamoro. Dalam beberapa kali gerakan, mereka menunjukkan kejenakaan sehingga membuat pengunjung tertawa terpingkal-pingkal.
Usai tampil, puluhan warga Suku Kamoro langsung dikerebuti oleh pengunjung. Tak sedikit yang mengajak mereka berfoto bersama atau hanya sekedar salaman.
"Saya asli Sentani tapi tinggal di Timika. Mereka keren penampilannya. Sangat kuat unsur tradisional, mereka tetap menjaga kualitasnya. That's why saya suka Kamoro," tutur salah satu penonton, Alexander.
Kepamoran Suku Kamoro juga terlihat dari stan mereka yang selalu ramai didatangi pengunjung. Meski bukan suku yang tinggal di sekitar Sentani, tampaknya Suku Kamoro cukup terkemuka.
Boleh jadi karena pengisi stan Suku Kamoro menunjukkan totalitas mereka. Tak hanya memamerkan hasil produk budaya mereka seperti anyaman dan ukiran, proses pembuatannya pun juga ikut dipertontonkan. Ada dua mama Suku Kamoro yang terlihat menganyam dan menjadi tontonan. Setiap pengunjung yang mampir ke stan meminta untuk berselfie.
"Kalau mau foto bareng bayar nggak ya?" tanya salah seorang pengunjung.
"Tidak, ayo mari berfoto," jawab satu mama Suku Kamoro yang sedang menganyam sambil tersenyum ramah. (elz/fay)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara