Melihat Kemiskinan di Dubai, Inilah yang Terjadi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sisi Lain Timur Tengah

Melihat Kemiskinan di Dubai, Inilah yang Terjadi

Kurnia Yustiana - detikTravel
Kamis, 23 Jun 2016 12:10 WIB
Foto: Seorang pekerja dalam rumah di daerah kumuh di Dubai (BBC)
Dubai - Kota Dubai identik dengan kemewahan. Namun di balik semua kemewahan itu, terselip kisah kemiskinan yang tak banyak orang tahu.

Dubai di Uni Emirat Arab begitu memesona traveler dengan ATM emas, aneka hotel mewah hingga gedung pencakar langit tertinggi sedunia. Tak terbayang adanya daerah kumuh dengan para pekerja miskin yang tinggal di sana.

Namun kenyataannya, area kumuh itu memang sungguhan ada, jarang terekspos dan bisa dibilang cukup tersembunyi. Beberapa media internasional pun pernah memberitakan tentang kemiskinan di Dubai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BBC misalnya, seperti dilansir detikTravel, Kamis (23/6/2016) memberitakan banyak imigran dari luar Dubai seperti China, Bangladesh, Pakistan dan India yang datang untuk bekerja, misalnya menjadi buruh bangunan. Mereka diiming-imingi tempat tinggal yang layak dan makanan gratis, beserta gaji lumayan yang mungkin bisa ditabung dan dikirim untuk keluarga di negara asal.

Tapi ternyata, para pekerja imigran kebanyakan ditempatkan di komplek kumuh yang tersembunyi dari mata wisatawan. Lokasi area kumuh ini tak mudah untuk bisa dikunjungi, apalagi bagi para turis mancanegara. Tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana selain para imigran itu sendiri.

Gaji yang didapat juga tidak sesuai dengan yang dijanjikan diawal oleh agensi tenaga kerja. Kehidupan di sana bisa dibilang kurang layak, kontras kehidupan glamor Dubai yang sering terlihat di TV.

Daily Mail Inggris juga pernah mengulas mengenai area kumuh Dubai itu. Dituliskan bahwa ada seorang fotografer Iran bernama Farhad Berahman berhasil memotret berbagai sisi tempat tinggal para pekerja imigran. Komplek tersebut ditinggali sekitar 150 ribu pekerja.

Para imigran ditempatkan di sana agar lebih mudah dikontrol oleh perusahaan yang menaungi mereka. Tempat yang tidak memiliki nama resmi namun sering disebut sebagai Sonapur ini kabarnya bahkan tak ada di peta. Jadi benar-benar tersembunyi.

Berahman menceritakan di dalam area tersebut tampak pria-pria beristirahat dengan furnitur yang sudah rusak, memasak di dapur yang kotor, sanitasi yang kurang baik dan tinggal di kamar sempit dengan ventilasi buruk. Kamarnya rata-rata berukuran 4x4 meter dengan 6 tempat tidur yang digunakan untuk 6 hingga 8 orang.

Para pekerja asing tersebut dipaksa untuk bekerja dengan jam kerja yang begitu panjang, sekitar 14 jam per hari namun gajinya kecil. Seorang pekerja kebersihan yang telah bekerja selama 4 tahun mengaku digaji 800 UAE Dirham (Rp 2,8 juta) per bulan dan mengirim 500 UAE Dirham (Rp 1,8 juta) untuk keluarganya, jadi ia terpaksa hanya hidup dengan uang 300 UAE Dirham (Rp 1 juta).

Belum lagi suhu setempat yang bisa mencapai 50 derajat Celcius di musim panas, tentunya makin berat perjuangan para buruh tersebut. Padahal untuk para turis saja sudah disarankan untuk tidak di luar ruangan lebih dari 5 menit.

Banyak imigran yang ingin kembali ke negara asalnya. Namun agak sulit karena beberapa dari mereka paspornya disita oleh agen. Biaya untuk kembali pulang pun tidak murah.

Berahman yang telah berkomunikasi langsung dan melihat seperti apa keadaan para buruh migran pun sangat tersentuh. Ia berharap ada masyarakat yang tergerak dan membantu memperjuangkan perubahan untuk para buruh tersebut yang disembunyikan di balik topeng kemewahan Dubai. (krn/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Sisi Lain Timur Tengah
Sisi Lain Timur Tengah
18 Konten
Timur Tengah di mata traveler Indonesia identik dengan destinasi wisata religi saja. Padahal, Timur Tengah punya sisi lain yang menawarkan petualangan, keajaiban alam dan tentu saja kemewahan.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads