Kejadian erupsi Gunung Bromo yang terjadi awal Desember 2015 hingga 27 Februari 2016 tentu banyak hal yang menarik untuk diiukuti setiap perubahannya. Dibalik terjadinya erupsi Bromo itu, terbentuk sebuah komunitas 6 Jam Bromo yang kini berubah menjadi komunitas Bromo Lovers. Seperti apa ceritanya?
Saat berkunjung ke wisata Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, ada pos pantau Gunungapi Gunung Bromo. Di situ, salah satu tempat yang bisa para komunitas Bromo Lovers berkumpul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di grup ini tidak ada aturan khusus dalam memantau erupsi Gunung Bromo, hanya saja, dari masing-masing anggota biasanya mengupload visual gambar Gunung Bromo dari berbagai penjuru, baik dari Mentigen, Seruni Point, Bukit Kingkong, Puncak Pundak lembu hingga di kawasan Malang dan Lumajang.
"Mereka tidak hanya menggambarkan visual Gunung Bromo, tapi dari masing-masing anggota biasanya juga mengaupdate cuaca di sekitar lokasi masing, kemudian nantinya diupdate di Group whatsapp yang sekarang bernama Bromo Lovers. Ada juga yang share ke media sosial, tapi harus ijin dulu pada pengambil visual," kata Ahmad Subhan, kepala PVMBG Gunung Bromo, Kamis, (27/7/2017)
Pendiri grup ini adalah seorang relawan dan pecinta alam di kawasan Gunung Bromo, yakni Sunarip atau biasa disebut pak Cuwik. Menurut Cuwik, awal berdirinya grup ini bermula saling tukar informasi, dimana saat itu hanya Cuwik yang bergabung di grup medsos milik PVMBG. Tentu, dengan grup seperti itu anggotanya bukan sekelas relawan, tapi para pentolan penanganan erupsi Gunung Bromo.
Mengingat, saat terjadi erupsi Bromo akhir tahun 2015 kemarin, memang sangat menarik untuk dipantau perubahannnya. Dari warna asap pekat, hingga putih dari setiap kegempaan hingga lainnya selalu diikuti.
"Nah, kalau anggotanya seperti itu saja, tentu kalangan bawah juga ingin informasi dari kalangan atas, begitu juga sebaliknya, para pejabat juga butuh data visual yang berada di bawah, tentu mereka tidak bisa melakukan hal semacam ini," kata Cuwik.
Setelah itu dikatakan Cuwik, dirinya pun punya inisiatif untuk membuat group yang ada di media sosial WhatsApp (WA), dengan nama group 6 Jam Bromo. Anggota group itu berasal dari relawan-relawan dari atas maupun bawah. Bahkan, hal semacam ini seakan sudah menjadi kewajiban bagi relawan yang tergabung dalam komunitas 6 jam bromo. Sebab hampir setiap waktu relawan memberikan update gambar.
"Kami juga mendirikan group ini, agar informasi dari atas maupun dari bawah sama-sama diketahui oleh masyarakat. Pemberian nama group 6 Jam Bromo ini tidak lepas dari update data Gunung Bromo yang keluar dalam 6 jam sekali," katanya.
Dengan kondisi Gunung Bromo yang sudah berstatus waspada, akhirnya kini bukan lagi 6 jam tapi berubah menjadi Bromo Lover atau Pecinta Bromo. Berubahnya nama komunitas itu terjadi sekitar akhir Februari 2016 kemarin.
"Harapannya semangat melestarikan ekosistem hingga menjaga lingkungan lainnya, terutama kawasan Wisata Gunung Bromo, karena itu namanya Bromo Lovers," katanya.
Yang terpenting dengan adanya grup ini tentu akan menambah saudara baik itu masyarakat di dekat tengger hingga di daerah luar kawasan wisata gunung bromo. Sebab dalam anggota ini tidak hanya berasal dari Probolinggo, tapi juga berasal dari Malang, Sumenep, hingga Bandung.
"Kita biasanya berkumpul, kalau ada kegiatan yang berhubungan dengan Bromo. Seperti membersihkan sampah, penghijauan dan mengantisipasi kebakaran hutan, Setiap ada kegiatan atau informasi tentang Bromo, selalu dishare di Group Bromo Lovers. Bagi anggota yang bisa hadir, untuk ikut bergabung," tutupnya.
Yuk gabung! (wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol