Traveler yang kurang mengikuti dunia penerbangan mungkin dibuat bertanya-tanya, siapa Shaesta Waiz? Namanya di Indonesia memang belum terdengar, tapi lain halnya di luar negeri. Kisah perjalanannya sebagai pilot wanita Afghanistan pertama menjadi inspirasi dan buah bibir di media internasional, khususnya dunia penerbangan.
Berawal dari sebuah kamp pengungsi, Shaesta lahir pada tahun 1987 di Afghanistan. Lahir dari keluarga biasa, dara dari lima bersaudara ini tentu tidak menyangka kalau akan menjadi pilot seperti dewasa ini. Shaesta pun sedang dalam misi terbang solo keliling dunia. Keren!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya lahir di tenda pengungsi Afghanistan, saya punya lima saudara, ibu saya tidak pernah sekolah. Di sana perempuan harus menjadi ibu rumah tangga dan menikah muda," cerita Shaesta di awal.
Seperti diketahui, Afghanistan merupakan negara Islam yang sangat keras ketika menyangkut wanita. Aturan umum di sana, seorang perempuan tidak diprioritaskan untuk mengenyam pendidikan.
Bahkan boleh dikatakan, kalau seorang perempuan Afghan hanya ditakdirkan untuk menikah dan menjadi istri yang baik di rumah. Begitu konservatif.
Namun karena kondisi perang yang terjadi antar Afghanistan dan Soviet kala itu, Shaesta sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Amerika tahun 1987 untuk menghindari perang berkepanjangan.
Di Amerika, Shaesta pun bersekolah layaknya pelajar lain hingga umur 17 tahun. Adapun kecintaan Shaesta akan pesawat dan dunia penerbangan dimulai ketika ia berkunjung ke sebuah bandara pada saat sekolah.
"Suatu hari saya pergi ke bandara, saya begitu pemalu dan melihat apapun yang lebih besar dari mobil membuat saya takut, tapi lain halnya ketika saya melihat pesawat di angkasa," kenang Shaesta.
![]() |
"Saya bertanya pada diri saya, kenapa saya melakukannya, tidak untuk mencari popularitas, tapi saya percaya kalau ada perempuan dan wanita lain di seberang samudera yang tengah menunggu saya. Anda adalah inspirasi, Anda menginspirasi saya," ujar Shaesta.
Diketahui, Shaesta memulai perjalanan solo keliling dunia dari pertengahan Mei tahun 2017. Dimulai dari Florida, Amerika, Shaesta dijadwalkan untuk menempuh jarak sekitar 25.800 Km melewati Spanyol, Mesir, India, Singapura, Indonesia, Australia dan kembali lagi ke Florida di bulan Agustus.
Didukung oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), pesawat Shaesta akan berhenti sekitar 28 kali selama perjalanan keliling dunia. Dalam setiap pemberhentian, Shaesta akan memberikan seminar. Tak terkecuali seperti acara di Indonesia ini.
![]() |
"Bagaimana bisa seorang perempuan dengan latar belakang sepertiku begitu beruntung? Kenyataannya, semua orang bisa jadi seperti saya. Yang membedakan adalah saya memiliki mimpi dan tidak mundur, saya bekerja keras untuk mencapainya," ujar Shaesta mantap di depan para pelajar.
Rencananya, Shaesta akan terbang dari Singapura menuju Bali pada tanggal 10 Agustus 2017. Dari Bali, ia akan melanjutkan penerbangan ke Darwin, Australia. Sungguh berani dan inspiratif sekali ya traveler! (bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan