Saat Sesepuh Pecinta Alam Indonesia Kumpul & Suarakan Pesan Anti SARA

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Saat Sesepuh Pecinta Alam Indonesia Kumpul & Suarakan Pesan Anti SARA

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 25 Agu 2017 13:15 WIB
Foto: Sarasehan para sesepuh pecinta alam Indonesia (Masaul/detikTravel)
Sukabumi - Malam berkabut menyelimuti kaki Gunung Gede Pangrango, saat sesepuh pecinta alam Indonesia berkumpul kembali. Mereka sepakat menyuarakan pesan anti SARA.

Tepatnya di camping ground Tanakita, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadu Dampit, Sukabumi mereka berkumpul. Mereka adalah pendiri Wanadri, pionir Mapala UI dan lain sebagainya.

Ada yang datang memakai tongkat hingga jalan harus dibopong, seperti Herman Lantang teman Soe Hok Gie dan Rudi Badil generasi awal Mapala UI. Bersama lintas generasi, mereka saling tukar pikiran membahas keadaan terkini bangsa tentang kemanusiaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat kita sekarang kita sedang memisahkan diri dengan temannya. Padahal lebih baik punya teman daripada tidak punya makanan. Jadi jangan kehilangan teman karena kepentingan sesaat," kata Iwan Abdurahman, anggota Wanadri angkatan '64 memulai sesi sharing, Kamis (24/8/2017).
Abah Iwan (Masaul/detikTravel)Abah Iwan (Masaul/detikTravel)


Keprihatinan itulah yang mendorong adanya sarasehan para sesepuh atau perintis pecinta alam ini. Ia juga sesepuh lainnya tak bisa melihat bila adek-adeknya sesama mapala terpecah belah.

"Kita ingin silaturahim juga halal bi halal dan mengisinya dengan lebih bermakna," imbuh dia.

Hal demikian juga diutarakan sesepuh lainnya yang hadir dan berbicara satu persatu. Menyambung lagi pria yang akrab disapa Abah Iwan ini, bercerita tentang pengalamannya di atas Gunung Burangrang.

"Saat kedinginan yang hampir hipotermia, pelatih saya tanya agama. Saya Islam, tanya lagi yang lain beragama Katolik yang lebih kedinginan. Dia bilang: kau makan agamamu tapi nasi ini kita makan bersama-sama untuk memperkuat negara ini," ucap Abah teduh.
Rudi Badil, rekan Soe Hok Gie juga turut hadir (Masaul/detikTravel)Rudi Badil, rekan Soe Hok Gie juga turut hadir (Masaul/detikTravel)


Cinta pada alam itu bukan dogma atau doktrin karena malah mengajarkan rasa terima kasih kepada hal-hal yang mungkin terlupakan. Pecinta alam mengasihi tanpa membeda-bedakan sesama dan tanpa mengkotak-kotakan.

Hari Hardiman yang juga angkatan pertama Wanadri sekaligus ketua pertama menyebut butuh proses selama 15 tahun dalam pendirian komunitas alam itu. Disebutkannya bahwa komunitas ini tidak bernaung dalam golongan manapun.

"Dua poin 'Pesan Pangrango', alam mendidik diri kita mencintai tanah air. Kedua, di alam kita nggak membedakan SARA," ucap Hari.

Kegiatan sarasehan ini diikuti oleh perintis pecinta alam lintas komunitas juga generasi berjumlah puluhan orang. Pagi ini juga diadakan upacara bendera sebagai acara penutup. (msl/wsw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads