Soal Sampah di Gunung, Ini 3 Solusi dari Kementerian Pariwisata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Soal Sampah di Gunung, Ini 3 Solusi dari Kementerian Pariwisata

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Selasa, 08 Mei 2018 08:20 WIB
Sampah di Puncak Carstensz (Adventure Carstensz)
Jakarta - Persoalan sampah menjadi salah satu momok utama di gunung dan destinasi wisata. Terkait hal itu, pihak Kemenpar menawarkan 3 solusi ampuh yang bisa jadi rujukan.

Ditemui di ruangannya di Gedung Sapta Pesona, Kepala Biro Publik dan Komunikasi Kemenpar yang merangkap kepala Tim Crisis Center Kemenpar, Guntur Sakti bicara banyak dengan detikTravel terkait persoalan sampah di tempat wisata, Senin (7/5/2018) sore kemarin.

Bicara soal sampah, Guntur menyebutnya sebagai musuh terbesar pariwisata. Pernah bertugas sebagai Kadispar di Kepulauan Kepri, membuat Guntur punya banyak pengalaman dalam mengurus sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, sampah itu musuh terbesarnya pariwisata, makanya dia harus diperangi. Selalu banyak problem di destinasi wisata kita, salah satunya adalah manajemen pengelolaan sampah yang belum terkelola dengan baik, kecuali di destinasi wisata yang itu memang milik privat area," ujar Guntur.

Bukan rahasia umum, kalau sampah lebih banyak dijumpai di destinasi wisata yang bersifat publik ketimbang privat. Bedanya, kembali lagi pada persoalan manajemen sampah di lokasi. Untuk soal itu, Guntur menyebut kalau destinasi wisata publik juga bisa lebih baik dalam mengelola sampah asal menerapkan 3 hal ini.

"Satu harus ada regulasi, ada aturan. Siapa yang membuatnya terserah, apakah pemerintah setempat atau komunitas yang mengelola destinasi wisata itu. Ada aturan pada setiap pengunjung destinasi wisata tentang ketentuan dan larangan buang sampah. Itu harus ada dulu," ujar Guntur.

Aturan atau regulasi memang menjadi hal vital dalam persoalan manajemen sampah di destinasi wisata. Tanpa aturan, pengunjung cenderung berbuat sesukanya. Namun ditambahkan Guntur, aturan juga tidak akan berguna tanpa adanya fasilitas berupa tempat sampah.

"Yang kedua harus ada fasilitasnya. Ada regulasi ada aturan nggak ada fasilitasnya, itu memberikan ruang untuk pengunjung buang sampah sembarangan," ujar Guntur.

BACA JUGA: Terkait Sampah di Carstensz, Ini Kata Kemenpar

Poin ketiga, Guntur juga menyorot perlunya sanksi tegas bagi pengunjung destinasi wisata terkait sampah. Ketiga komponen di atas sangat dibutuhkan dalam soal manajemen sampah di destinasi wisata.

"Yang ketiga memang harus ada sanksinya. Jadi umpamanya kalau orang sampai buang sampah limbah di destinasi tanpa ada sanksi ini berbahaya sekali. Oleh sebab itu 3 syarat ini menjadi penting," tegas Guntur.

Akhir kata, Guntur juga mengajak semua pihak untuk terlibat, peduli dan turun tangan langsung di lapangan. Tidak terkecuali untuk masyarakat yang tinggal dan bersinggungan langsung dengan destinasi wisata.

Peran serta masyarakat menjadi kunci untuk menanggulangi sekaligus mengatasi sampah di destinasi wisata. Soalnya, pemerintah tidak selalu bisa menggapai langsung daerah yang bermasalah. Perlu adanya peran serta masyarakat.

"Namun untuk destinasi-destinasi wisata yang bukan private area, yang publik area, cara terbaik adalah kalau Pemerintah Daerah tidak membentuk unit pelayanan teknis di sana, maka harus based community, masyarakat yang harus memberdayakan tempat wisata. Itu jauh lebih bagus. Karena asas pengelolaan tempat wisata itu sendiri adalah social development. masyarakat terlibat," ujar Guntur.

BACA JUGA: Sampah Jadi Masalah di Puncak Gunung Tertinggi Indonesia

Guntur pun memberi contoh akan persoalan sampah yang beberapa waktu lalu mendera Pantai Sanur di Bali. Diceritakan olehnya, masyarakat setempat langsung beraksi untuk bersih-bersih pantai tanpa dikomando. Semua murni datang dari kepedulian akan lingkungan sekitar.

Untuk Pulau Dewata Bali di mana masyarakatnya hidup dari pariwisata, persoalan sampah tentu akan berakibat pada citra dan kunjungan wisatawan. Bisa dikatakan, kalau persoalan sampah di Bali telah menjadi hal yang sensitif.

"Sensitif sekali, karena itu privasinya. Makanya tanpa dikomando masyarakat Bali langsung bertindak, karena mereka sudah sadar pariwisata," tutup Guntur.

Sesuai kata Guntur, masyarakat yang telah sadar pariwisata akan lebih tanggap pada hal yang mengganggu keberlangsungan pariwisata di tempatnya. Tidak terkecuali soal sampah di destinasi wisata. (bnl/aff)

Hide Ads