Hal ini disampaikan pakar pariwisata Universitas Indonesia, Diaz Pranita. Dosen Program Studi Pariwisata Vokasi UI ini mengatakan bisnis open trip online dan sebagian merangkap tur leader ini dimulai sejak traveling semakin jadi gaya hidup, makin murah dan makin mudah. Komunitas traveling bermunculan.
"Setelah tahu bagaimana memperoleh harga tiket atau hotel yang sangat murah mulai saling berjualan melalui open trip. Awalnya mereka mungkin kaget bisnis iseng-iseng karena hobi kok jadi menguntungkan.," kata Diaz kepada detikTravel, Senin (23/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemungkinan kedua mulanya gambling bisa dapat tiket murah, paket murah, tapi ternyata harga berubah tidak terkendali, sehingga mereka harus nombok. Ada yang dipaksa untuk komitmen sehingga dia gali lubang tutup lubang dengan kegiatan lain," jelas Diaz.
Pelaku usaha open trip yang kadang sekaligus jadi tour leader ini pun terjebak dalam urusan utang piutang dengan wisatawan atau rekanan bisnis. Pelayanan untuk wisatawan pun dikorbankan. Kasus tour leader Erwin dan IW adalah contoh nyata, dan baru puncak dari gunung es saja.
"Konsumen mesti pintar-pintar memilih, harus kritis dan jangan tergoda dengan harga murah," tutupnya.
Sebelumnya, terungkap kasus open trip lain yang merugikan wisatawan selain tour leader Erwin yang mengaku diculik di Maroko sehingga meninggalkan tamunya. Kali ini pelaku berinisial IW yang beraksi sejak 2007 sampai sekarang. Modusnya pinjam uang untuk operasional open trip.
Tonton juga video: 'Polisi Ciduk 2 Investor Gadungan Penipu Pengusaha Travel'
(fay/fay)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol