detikTravel bersama Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UI mengeksplor Kabupaten Pegunungan Arfak dari tanggal 15-24 Agustus 2018. Acara bernama Ekspedisi Bumi Cendrawasih 2018 ini masih berlangsung hingga akhir bulan dan ditutup bersama pemda setempat untuk keperluan evaluasi.
Apa saja tujuan mereka?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktivitas yang dilakukan Mapala UI dan lainnya itu pun disambut hangat oleh masyarakat dan juga pemerintahan setempat. Namun bergitu ada beberapa kendala yang dialami para mahasiswa tersebut.
"Masyarakat antusias dan membangun nilai positif dalam kegiatan yang kita lakukan. Mereka menyambut dengan tarian saat kami datang," ucap Fathan.
"Kesulitan paling besar adalah manajemen SDM karena kita di daerah pedalaman. Pendekatan ke masyarakat lebih susah. Proses mobilisasi juga susah karena banyak orang, sebanyak lebih dari 60 orang," imbuh dia.
Di beberapa tempat diterima dengan tangan terbuka, seperti di Irai, mereka melakukan kegiatannya tanpa harus melalui birokrasi saat pengobatan massal. Namun, mereka masih dicurigai saat berkegiatan di gereja karena trauma bom yang terjadi di Pulau Jawa beberapa waktu lalu.
"Itu di Gereja Uper Distrik Anggi. Mereka berkata tak punya uang banyak untuk membangun lagi gereja apabila di bom seperti di Surabaya. Tapi setelah diberi pengertian mereka pun tahu dan senang banget. Kami bisa merasakan sulitnya medan yang ada di sini. Masyarakat senang, kita senang karena tujuannya adalah untuk mereka," jelas dia.
Mapala UI bersama mahasiswa Kedokteran dan Kedokteran Masyarakat memberi penyuluhan hidup bersih dan pengobatan di Pegaf. Setelah bakti sosial itu, jadwal mereka adalah menggali potensi wisata di Pegaf dalam hal wisata alam yang meliputi paralayang, caving, dan rafting.
"Bagi kita bisa lebih dekat masyarakat amat meningkatkan rasa peduli terhadap sesama. Menambah pengalaman dan bangga bisa berkunjung ke Papua. Semoga dengan adanya kegiatan ini bisa mengetahui bahwa potensi wisata Papua Barat tak hanya ada di Raja Ampat," ucap Fathan.
"Kenali dan terbang tinggi, bahwa masih ada banyak indah di Bumi Cendrawasih," tutupnya. (msl/fay)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom