Mapala Universitas Indonesia telah usai menyelenggarakan diskusi umum pariwisata di Kantor Gubernur Papua Barat, Manokwari. Evaluasi bertajuk 'Menguak Potensi Wisata Minat Khusus di Papua Barat' ini merupakan awal dari pengembangan hasil berbagai eksplorasi wisata yang dilakukan Mapala UI dalam rangkaian Ekspedisi Bumi Cenderawasih.
"Ke depan, jika ada yang masih ingin dilakukan oleh Mapala UI untuk membantu mengembangkan pariwisata Papua Barat, tentu kami akan terbuka memfasilitasi," kata Wakil Gubernur Papua Barat, Mohamad Lakotani, dalam rilis Mapala UI kepada detikTravel, Selasa (28/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Pelaksana Ekspedisi Bumi Cenderawasih, Fathan Qorib, menyatakan, diskusi umum tersebut bertujuan untuk memberikan sudut pandang baru kepada Pemerintah Daerah Papua Barat mengenai pengembangan potensi wisata. Sebanyak dua kabupaten telah dieskplorasi oleh Mapala UI.
Foto: (Dok. Mapala UI) |
"Mapala UI berharap melalui diskusi ini, kami, sebagai mahasiswa, dapat membantu pemerintah dalam mengembangkan potensi sumber pemasukan daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Barat," ujar Fathan Qorib.
"Mengingat bahwa pada tahun 2017, industri pariwisata telah menyumbang devisa terbesar kedua bagi Indonesia. Semoga kegiatan kami ini dapat menjadi sumbangan anak bangsa bagi negara," lanjutnya.
Dalam diskusi yang berlangsung selama lima jam, tim Ekspedisi Bumi Cenderawasih memaparkan seluruh temuan mereka. Hasilnya adalah wisata arung jeram di Sungai Prafi, wisata petualangan Distrik Warmare di Manokwari, paralayang, hiking, hingga telusur gua karst Pegunungan Arfak.
Beberapa anggota senior Mapala UI yang telah lama berkecimpung dalam bidang pariwisata juga ikut hadir. Dalam paralayang Indonesia ada David Agustinus Teak, dalam industri wisata arung jeram ada Lody Korua. (msl/fay)












































Foto: (Dok. Mapala UI)
Komentar Terbanyak
Pembegalan Warga Suku Baduy di Jakpus Berbuntut Panjang
Kisah Sosialita AS Liburan di Bali Berakhir Tragis di Tangan Putrinya
Warga Baduy Dalam Ditolak RS karena KTP, Potret Buruk Layanan Kesehatan Masyarakat Adat