Dari informasi yang diterima detikTravel, di Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT banyak sekali turis yang membawa pasir dan kerang untuk dijadikan suvenir. Rupanya aksi ini bisa meninggalkan dampak negatif untuk alam.
"Ini jelas kerang kima. Kerang ini, yang cangkangnya ada di gambar itu, adalah hewan dilindungi, termasuk dalam endangered species, atau masuk dalam IUCN red list," ujar Novi Susetyo Adi, Peneliti Muda Bidang Oseanografi Terapan Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kelautan dan Perikanan, kepada detikTravel, Sabtu (8/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fungsinya secara ekologis adalah sebagai shelter (tempat berlindung) ikan-ikan karang," ungkap Novi.
Tugas lain kima juga sebagai penyumbang kalsium karbonat pembentuk ekosistem terumbu karang. Sehingga kima juga sumber zooxanthellae (symbiodinium spp) yang bersimbiosis dengan hewan karang.
"Kima juga sebagai pencegah eutrofikasi (pengkayaan nutrien perairan akibat limbah organik) dengan fungsi filteringnya," papar Novi.
Hidup menyatu dengan karang, pengambilan kima berarti juga merusak dan membunuh karang. Hal ini menjadi hal yang harus dipahami oleh traveler yang mau main ke pantai.
Tak hanya kerang, karang bercabang dan pasir pun terlihat jadi barang sitaan pihak bandara. Rupanya karang bercabang pun juga ikut menjadi daftar suvenir dari laut.
Padahal beberapa karang tersebut juga masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi. Karang mempunyai fungsi ekologis yang beragam.
"Karang sebagai tempat berlindung dan habitat ikan-ikan karang dan juga sebagai peredam gelombang sehingga pantai tidak abrasi," ungkap Novi.
Novi menambahkan bahwa karang juga mempunyai fungsi ekonomi. Melalui funsinya karang sebagai pendukung perikanan tadi dan ekoturisme yang dimanfaatkan industri pariwisata dan masyarakat pesisir.
"Jadi kalau karang hilang, sektor perikanan karang menurun dan kalau berlanjut hilang, dan juga pariwisata hilang," tambah Novi.
Bukan cuma kima dan kerang bercabang yang seringkali jadi oleh-oleh dari pantai. Pasir pun juga masuk daftar.
Seringkali wisatawan mengambil pasir pantai dan dimasukkan ke dalam botol sebagai kenang-kenangan. Apalagi di Pantai Pink!
Walau tak dilindungi namun pengambilan pasir pantai juga merupakan kegiatan yang merusak lingkungan.
"Dari sisi ekologi, pantai berpasir sendiri mempunyai beberapa layanan ekosistem (ecosystem services) antara lain sebagai transpor dan penyimpan sedimen, pemecah gelombang sehingga mencegah abrasi (pelindung pantai)," ujar Novi.
Pasir berfungsi sebagai pemfilter dan tempat dekomposisi akhir bahan organik dan polutan. Tak hanya itu, pasir pantai juga jadi tempat bertelur penyu, habitat burung laut, dll.
Hilangnya pasir berarti akan menyebabkan hilangnya fungsi-fungsi ekologis tadi.
Melihat hal ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa suvenir berbentuk pasir, kima dan karang akan berakibat buruk. Bukan hanya bagi laut, tapi juga masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup di sana.
Yuk, kita jadi wisatawan cerdas yang bertanggung jawab!
Simak Juga 'Heboh Video Karang Diangkat-angkat di Pahawang':
(bnl/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan