Dari informasi yang diterima detikTravel, di Bandara Komodo, Labuan Bajo, NTT banyak sekali turis yang membawa pasir dan kerang untuk dijadikan suvenir. Salah satunya adalah kima, kerang cantik yang hidup di dalam karang.
"Kerang ini, yang cangkangnya ada di gambar itu, adalah hewan dilindungi, termasuk dalam endangered species, atau masuk dalam IUCN red list," ujar Dr. Novi Susetyo Adi, Peneliti Bidang Ekologi Spasial Pesisir dan Laut, Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan, kepada detikTravel, Senin (10/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fungsinya secara ekologis adalah sebagai shelter (tempat berlindung) ikan-ikan karang," ungkap Dr Novi.
BACA JUGA: Banyak Wisatawan ke Komodo, Jangan Ambil Pasir Pantainya!
Tugas lain kima juga sebagai penyumbang kalsium karbonat pembentuk ekosistem terumbu karang. Sehingga kima juga sumber zooxanthellae (symbiodinium spp) yang bersimbiosis dengan hewan karang.
"Kima juga sebagai pencegah eutrofikasi (pengkayaan nutrien perairan akibat limbah organik) dengan fungsi filteringnya," papar Dr Novi.
![]() |
Hal senada juga diungkapkan oleh Dr-ing Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP. Menurutnya kima yang menjadi barang sitaan di Bandara Komodo kebanyakan adalah kima yang masih bagus.
"Biasanya kima segede itu hidupnya di area terumbu karang yg masih bagus dan kedalamannya minimal 10 m, hidup di antara terumbu karang tersebut," ungkap Dr-ing Widodo.
Jika cangkang kima yang sebesar itu ditemukan di pantai, artinya memang ada orang yang sengaja untuk mengkonsumsi dan meninggalkan cangkangnya begitu saja.
Kima tak hanya tinggal di antara karang, ada pula yang habitatnya di pasir. Namun biasanya hidup di dasar laut yang sangat jarang terjamah manusia.
BACA JUGA: Kata Peneliti Soal Pengambilan Pasir Laut dan Karang di Pulau Komodo
Selain enak, kima memiliki nilai sendiri bagi masyarakat pesisir. Mitosnya, daging kima dipercaya sebagai obat kuat.
"Masyarakat lokal suka makan kima karena dipercaya bisa sebagai aprosidiak atau obat kuat sex," papar Dr-ing Widodo.
Oleh karena itu sampai sekarang masih saja ada masyarakat yang suka memburu kima. Padahal mengganggu kelestarian kima jelas pelanggaran di mata hukum.
Yuk traveler, kita jaga dan lestarikan kima demi ekosistem laut yang sehat! (bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol