Hal itu diungkapkan oleh Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam FGD Penanganan Gerakan Jurnalisme Ramah Pariwisata di Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta, Rabu (24/10/2018). Salah satunya saat ia menerima pesan langsung di Twitter dari orang berkewarganegaraan Jerman.
"Saya berikan pesan positif di dalam erupsi Gunung Agung. Saya di DM (direct message) orang Jerman. Dia itu akan menikah di Ubud. Tapi ia tahu bahwa ada erupsi maka bertanya tentang keamanannya dan saya jawab, aman!" kata Sutopo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nikahnya sukses. Kalau dia hanya mengacu ke media di luar saya pikir tidak akan jadi ia menikah di Ubud. Ia itu mengundang ratusan temannya yang berasal dari Jerman dan kerabat istrinya yang berasal dari Amerika," jelas Sutopo.
Di sisi lain, Sutopo masih mengeluhkan pencatatan yang tidak rapi dalam kawasan pariwisata. Contohnya saat gempa melanda gili-gili Lombok.
"Di data base di suatu destinasi juga nggak bagus. Seperti gili dikabarkan 1000 saja yang ingin nyebrang tapi ternyata ada 8381 wisman dan warlok. Mereka terkena hoax gempa dan tsunami yang lebih besar," kata Sutopo.
Maka dari itu, BNPB juga pemerintah terus berupaya memberi informasi yang faktual juga cepat. Karena, yang menantikannya tak hanya orang Indonesia saja.
"Kesimpulannya destinasi unggulan perlu dikembangkan mitigasi, sebelum, saat hingga pasca bencana. Karena pariwisata Indonesia amat rentan. Kalau nggak disiapkan ya pasti kerugiannya besar," jelas dia.
Selanjutnya dari pihak media haruslah meniru negara-negara lain yang mampu memberi kabar sejuk walau terkena bencana. Di Jepang, kata Sutopo, begitu tsunami menerjang dilarang memberikan informasi yang mengerikan.
"Informasinya soft saja. Para ahli dilarang memberikan statement di media karena bahasanya akan sulit dimengerti masyarakat awam," pungkas dia. (rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum