Rabu, 26 Des 2018 14:50 WIB
TRAVEL NEWS
Natal dan Tahun Baru, Menpar: Okupansi Hotel Naik 10%
Moch Prima Fauzi
detikTravel

Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan sepanjang semester I tahun 2018, realisasi okupansi hotel secara nasional telah mencapai 54,75%. Angka ini naik dari realisasi Januari sampai Juni 2017 yang ditarget sebesar 53,36%.
"Jadi, saat Natal dan Tahun Baru, biasanya okupansi hotel naik 10% dari rata-rata bulanan. Untuk tahun ini, diharapkan bisa sampai 65% secara nasional," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (26/12/2018).
Arief mengaku optimis okupansi pada perayaan akhir tahun bisa tembus di angka 90-100%, khususnya di hotel-totel kawasan destinasi wisata populer seperti Bali, Bandung, Sumatera Utara, Makassar, dan Belitung.
Hal senada juga diungkap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Utara, Johnny Lieke, menyebut industri perhotelan di Manado terus mengalami pertumbuhan positif. Ia mengatakan Manado telah menjadi kota Meeting Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) di Indonesia. Status ini mempengaruhi bisnis perhotelan yang menunjukkan angka yang positif.
"Perayaan Natal dan Tahun Baru dapat meningkatkan okupansi hotel nasional hingga 10% dari rata-rata bulanan. Bahkan, okupansi hotel di Indonesia ditarget mencapai 65% saat liburan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019," ujarnya, Selasa (25/12).
Sementara itu berdasarkan statistik akomodasi Kementerian Pariwisata yang diolah Lokadata Beritagar.id, terlihat tingkat hunian hotel berbintang relatif tinggi sejak Agustus lalu. Umumnya, peningkatan okupansi terjadi pada musim liburan. Paling tinggi terjadi pada bulan Desember.
Sejak tahun 2014 sampai 2016, Yogyakarta selalu berada di peringkat pertama dengan okupansi hotel tertinggi di akhir tahun. Tahun 2016, okupansi hotel berbintang di Yogyakarta mencapai 69,1%. Sementara daerah dengan okupansi terendah pada Desember tahun yang sama adalah Gorontalo, yakni 36,4%.
Untuk Sulawesi Utara, sejak 2015 sudah masuk dalam lima besar provinsi dengan persentase tingkat hunian hotel berbintang tertinggi. Bahkan, pada 2017, tingkat okupansinya mencapai 76,3%. (prf/fay)
"Jadi, saat Natal dan Tahun Baru, biasanya okupansi hotel naik 10% dari rata-rata bulanan. Untuk tahun ini, diharapkan bisa sampai 65% secara nasional," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (26/12/2018).
Arief mengaku optimis okupansi pada perayaan akhir tahun bisa tembus di angka 90-100%, khususnya di hotel-totel kawasan destinasi wisata populer seperti Bali, Bandung, Sumatera Utara, Makassar, dan Belitung.
Hal senada juga diungkap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Utara, Johnny Lieke, menyebut industri perhotelan di Manado terus mengalami pertumbuhan positif. Ia mengatakan Manado telah menjadi kota Meeting Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) di Indonesia. Status ini mempengaruhi bisnis perhotelan yang menunjukkan angka yang positif.
"Perayaan Natal dan Tahun Baru dapat meningkatkan okupansi hotel nasional hingga 10% dari rata-rata bulanan. Bahkan, okupansi hotel di Indonesia ditarget mencapai 65% saat liburan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019," ujarnya, Selasa (25/12).
Sementara itu berdasarkan statistik akomodasi Kementerian Pariwisata yang diolah Lokadata Beritagar.id, terlihat tingkat hunian hotel berbintang relatif tinggi sejak Agustus lalu. Umumnya, peningkatan okupansi terjadi pada musim liburan. Paling tinggi terjadi pada bulan Desember.
Sejak tahun 2014 sampai 2016, Yogyakarta selalu berada di peringkat pertama dengan okupansi hotel tertinggi di akhir tahun. Tahun 2016, okupansi hotel berbintang di Yogyakarta mencapai 69,1%. Sementara daerah dengan okupansi terendah pada Desember tahun yang sama adalah Gorontalo, yakni 36,4%.
Untuk Sulawesi Utara, sejak 2015 sudah masuk dalam lima besar provinsi dengan persentase tingkat hunian hotel berbintang tertinggi. Bahkan, pada 2017, tingkat okupansinya mencapai 76,3%. (prf/fay)