Mendaki gunung bukan sekadar trekking dan melihat keindahan alam. Mendaki gunung benar-benar butuh persiapan, sebab selalu ada risiko yang menghadang. Wawasan mengenai pendakian, pemandu dan pengalaman akan sangat dibutuhkan.
"Kalau rasanya kamu tidak bisa melanjutkan pendakian, lebih baik batalkan dan coba lain kali. Gunung itu tidak akan lari ke mana-mana," kata Tjahjadi Nurtantio, guide pendakian gunung dari DAKS Die Welt der Berge (German Alpine and Climbing School), operator wisata minat khusus dari Jerman kepada detikTravel, Selasa (8/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tjahjadi yang sudah sering menjadi guide pendakian ke Kilimanjaro, Annapurna serta gunung-gunung di Eropa, mendaki gunung sudah digemari oleh anak muda. Itu hal yang positif, akan tetapi kondisi tubuh saat melakukan pendakian benar-benar harus diperhatikan.
"Banyak anak-anak muda, khususnya yang cowok saat naik gunung memiliki rasa gengsi yang besar. Mungkin dipikirannya, wah malu dong kalau tidak sampai puncak dan lainnya. Itu pemikiran yang salah, harus dibuang jauh-jauh. Lihat dulu kondisi tubuh, kalau sudah tidak kuat lebih baik segera turun," paparnya.
![]() |
Tjahjadi pun berpesan, agar tidak meremehkan segala risiko di gunung dari yang paling kecil saja misalnya hujan. Hujan bukan cuma membuat trek jadi lincin, tapi ada potensi longsor, angin kencang dan bisa menyebabkan hipotermia.
"Jangan pernah meremehkan segala risiko. Selalu ingat, safety first. Jangan taruhkan nyawa kamu, sebab naik gunung itu adalah kegiatan yang fun," tutupnya. (aff/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol