Melansir CNN Travel+, Jumat (8/2/2019), para ilmuwan yang mengunjungi salah satu pulau terbaru dan paling unik di dunia tahun lalu menemukan lumpur lengket yang misterius, kata NASA.
Pulau ini terletak di Pasifik Selatan dekat negara Tonga dan secara tidak resmi disebut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai (Hunga Tonga). Terbentuknya setelah ada letusan gunung berapi pada akhir Desember 2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Awalnya para ilmuwan memperkirakan pulau itu hanya bertahan beberapa bulan. Tetapi sebuah penelitian NASA yang dirilis pada 2017 menemukan bahwa pulau itu dapat bertahan melawan segala rintangan dari enam hingga 30 tahun.
Para ilmuwan telah memetakan Hunga Tonga dengan cermat sejak pembentukannya menggunakan survei udara dan satelit. Tetapi baru pada saat sebuah tim melakukan perjalanan ke pulau itu dengan perahu pada Oktober tahun lalu, para peneliti menjadi sadar akan vegetasi uniknya.
"Kami semua seperti anak sekolah yang pusing. Sebagian besar adalah kerikil hitam ini, saya tidak akan menyebutnya pasir, kerikil seukuran kacang polong dan karena kita kebanyakan memakai sandal sehingga cukup menyakitkan rasanya," kata Dan Slayback dari Goddard Space Flight Center NASA dalam sebuah postingan di blog Earth Expedition NASA pada 30 Januari yang merinci perjalanan penelitian itu.
Slayback mengatakan ada lumpur tanah liat berwarna terang. Itulah salah satu kejutan paling menarik yang ia temukan di pulau itu.
![]() |
"(Lumpur) ini sangat lengket. Jadi meskipun kita telah melihatnya, kita tidak benar-benar tahu apa itu dan aku masih sedikit bingung dari mana asalnya. Karena itu bukan abu," kata Slayback.
Slayback juga terkejut bahwa vegetasi mulai tumbuh di tanah genting di Hunga Tonga-Hunga Ha'apai. NASA mengatakan bahwa vegetasi itu kemungkinan dibawa oleh kotoran burung.
Hewan-hewan itu kemungkinan hidup di pulau-pulau terdekat yang lebih tua, yang memiliki banyak tanaman. Para peneliti menggunakan unit GPS presisi tinggi dan drone untuk membuat peta 3D pulau yang beresolusi lebih tinggi.
Slayback mengatakan bahwa pulau itu tampaknya terkena erosi lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya karena curah hujan. "Pulau ini terkikis oleh curah hujan jauh lebih cepat daripada yang saya bayangkan. Juga fokus di selatan pulau di mana ombak meruntuhkan lanskap pulau oleh terjangannya," katanya.
Simak Juga 'Tangkapan Suara dari Mars yang Bikin Merinding':
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum