Milenial, Sosial Media & Traveling (Masih) Tidak Bisa Dijauhkan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Milenial, Sosial Media & Traveling (Masih) Tidak Bisa Dijauhkan

Shinta Angriyana - detikTravel
Kamis, 21 Feb 2019 17:10 WIB
Ilustrasi turis milenial (Thinkstock)
Jakarta - Pergerakan milenial untuk pergi traveling kini menjadi sesuatu yang tidak ada habisnya. Begitupun dengan aktivitas di media sosial.

Tidak bisa dipungkiri, aktivitas milenial di media sosial jadi mayoritas pengguna. Apalagi, saat mereka pergi traveling ke berbagai tempat dan spot menarik, atau yang biasa disebut 'instagenic'.

BACA JUGA: Tiket.com Siap Sambut Pemesanan Kereta Api Mudik Lebaran

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang diutarakan oleh Gaery Undarsa, Co-Founder & Chief Marketing Officer tiket.com, bahwa kebiasaan milenial ini berpengaruh kepada tren traveling yang terus berjalan.

"Tren wisata selalu berkembang dari tahun ke tahun. Misalnya saja saat mudik yang jadi bagian dari liburan, karena media sosial pun kita jadi tahu mau ke mana. Memilih destinasi, tempat dan sebagainya," kata Gaery saat ditemui detikTravel di Artotel Jakarta, Kamis (21/2/2019).

Menurut Gaery, industri pariwisata juga berkembang diiringi oleh program pemerintah yang semakin gencar menumbuhkan pariwisata lebih besar.

"Industri pariwisata saat ini juga paling digencarkan pemerintah. Kalau industri lain pertumbuhannya tidak signifikan, pariwisata jadi salah satu yang dinaikkan. Apalagi destinasi domestik," tambahnya.

Tambah Gaery, hal ini mempermudah milenial dengan aktivitas traveling yang terus naik. Terlebih, beberapa milenial menjadikan traveling sebagai kebutuhan utama.

"Ini jadi tren tiap tahun. Zaman dahulu, milenial traveling mungkin susah sekarang lebih mudah. Bahkan, jalan-jalan sudah jadi kebutuhan utama. Misalnya saja di kantor ya, sudah keburu beli tiket tapi belum cuti," katanya.

Namun, terkadang milenial masih sulit untuk menabung dan membagi pengeluaran untuk traveling. Menurut Aakar Abyasa, Founder & CEO Jouska Indonesia, hal ini patut dipertimbangkan lebih lanjut.

"Kita harus tahu dulu mana pengeluaran wajib mana bukan. Misalnya saat ini, disisihkan sebagian untuk menabung di masa depan. Jangan semuanya dipakai dahulu. Jadi, beberapa tahun lagi, ketika ingin traveling, kita ambil dari tabungan hura-hura tersebut. Lebih menjadi investasi untuk hiburan," papar Aakar. (rdy/fay)

Hide Ads