Orang Jepang Muak dengan Turis Nakal

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Orang Jepang Muak dengan Turis Nakal

Afif Farhan - detikTravel
Rabu, 06 Mar 2019 16:10 WIB
Kawasan Shinjuku yang selalu ramai turis di Tokyo (Johanes Randy/detikTravel)
Tokyo - Ada kabar mengejutkan dari Jepang. Penduduknya mulai merasa muak dengan tingkah turis yang nakal dan ingin melarang turis datang!

Dirangkum detikTravel dari berbagai media internasional, Rabu (6/3/2019) masyarakat Jepang ramai-ramai merasa sebal dan tidak tahan dengan ulah turis yang nakal. Beberapa objek wisata dan kuil-kuil di Jepang, bahkan sudah menolak kedatangan turis.

Seorang pemilik cafe di Kyoto menyebut, turis yang datang ke kafenya sering kali mematikan rokok di gelas atau piring. Bahkan, tidak mengindahkan aturan dilarang membawa makanan dari luar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuil Yatsushirogu di Yatsushiro, Prefektur Kumamoto pun sudah menutup sementara kuilnya dari kunjungan turis. Dinilai, turis yang datang ke sana sudah terlalu banyak dan menganggu aktivitas ibadah.

Jepang memang menjadi destinasi wisata favorit turis dunia. Tahun 2018 kemarin saja, tercatat 30 juta turis datang ke Negeri Sakura. Angka itu dinilai bakal bertambah lebih banyak, mengingat Jepang akan menjadi tuan rumah Olimpiade di 2020.

Perempatan Shibuya yang selalu ramai turis dan penduduk setempat (iStock)Perempatan Shibuya yang selalu ramai turis dan penduduk setempat (iStock)


Banyak masyarakat Jepang menilai, turis-turis nakal yang datang tidak menghormati aturan yang berlaku. Sebut saja seperti menyerobot antrian, memanjat bangunan hingga menganggu kenyamanan seperti menyetel volume musik keras-keras.

"Saya ingin Kyoto berhenti mempromosikan diri untuk turis asing," kata salah seorang penduduk Kyoto.

BACA JUGA: Jepang yang Santai Ada di Sini

Meski begitu, pengamat pariwisata di Jepang meminta masyarakat menahan diri. Tentu saja, kunjungan turis merupakan salah satu devisa terbesar bagi negaranya.

"Yang penting adalah meningkatkan saling pengertian budaya, sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat untuk menyambut turis," kata Profesor Noriko Matsunaga dari Universitas Kyushu.

Sudah ada beberapa kuil yang menolak kunjungan turis (Ristiyanti Handayani/d'traveler)Sudah ada beberapa kuil yang menolak kunjungan turis (Ristiyanti Handayani/d'traveler)


Takao Ikado, pengamat manajemen pariwisata dari Takasaki City University of Economics menyebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah Jepang harus bekerjasama memberikan edukasi kepada turis. Misalnya, memberikan informasi mengenai aturan sosial.

Di awal tahun 2019 ini, Jepang sebenarnya sudah memberlakukan 'Sayonara Tax' alias pajak khusus bagi turis sebesar 1.000 Yen. Lewat pajak itu, nantinya dialokasikan untuk pengembangan pariwisata Jepang dan juga penyebaran informasi mengenai pariwisata dan budaya Jepang. (aff/aff)

Hide Ads