Melansir CNN, Selasa (12/2/2019), bisa dibilang bahwa merekalah yang berkewajiban meluluskan laik atau tidak jika ada pesawat baru. Berikut penuturannya:
1. Federal Aviation Administration (FAA) AS
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengirim Arahan Kelaikan Udara (Airworthiness Directive) darurat untuk memberi tahu operator dan pilot tentang pelatihan. Gunanya melepaskan kontrol otomatis pesawat jika ada anomali," kata mereka dalam sebuah pernyataan
2. Civil Aviation Authority (CAA) Inggris
"Saat ini ada 5 pesawat Boeing 737 Max 8 yang terdaftar dan beroperasi di Inggris," kata juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Inggris. Ia menambahkan bahwa pesawat keenam akan mulai beroperasi minggu ini.
"Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) bertanggung jawab untuk menyertifikasi semua model Boeing 737 Max 8 dan Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) yang memvalidasi sertifikasi ini di seluruh Uni Eropa, termasuk Inggris," kata juru bicara itu, yang mengatakan bahwa CAA bekerjasama dengan EASA.
3. European Union Aviation Safety Agency (EASA)
Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) mengatakan sedang memonitor investigasi kecelakaan Ethiopian Airlines ET-302 dengan cermat. Segera setelahnya akan diumumkan perkembangannya.
"Kami akan segera mempublikasikan informasi lebih lanjut di situs web kami ketika informasi yang diperlukan tersedia," bunyi pernyataan resmi mereka.
4. Indian Directorate General of Civil Aviation (DGCA)
Otoritas penerbangan India mengatakan bahwa mereka tidak akan mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX 8 di negaranya. Namun pihaknya mengumumkan serangkaian langkah-langkah keselamatan sementara yang diperlukan oleh maskapai penerbangan yang mengoperasikan pesawat Boeing jenis tertentu.
Menurut DGCA, hanya dua maskapai India yang memiliki pesawat 737 MAX 8 di dalam armadanya. Maskapai itu adalah Spicejet yang memiliki 12 pesawat dan Jet Airways memiliki 5 pesawat. (msl/kmb)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
Menpar Widiyanti Disentil soal Pacu Jalur, Dinilai Tak Peka Momentum Untungkan RI