Melansir CNN Travel +, Rabu (8/5/2019), beberapa dekade pendakian di Gunung Everest telah mengubahnya menjadi tempat sampah tertinggi sedunia. Bahkan banyak mayat ditemukan di Gunung Everest itu.
Tim sukarelawan yang berdedikasi ini sangat mengesankan. Mereka sedang menangani masalah dengan melakukan salah satu pembersihan paling ambisius di dunia dan hasilnya langsung terlihat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka telah menetapkan tugas dengan target menurunkan 10 metrik ton dalam 45 hari. Limbah yang diturunkan dalam Kampanye Pembersihan Everest (Everest Cleaning Campaign) yakni kaleng kosong, botol, plastik, dan peralatan pendakian yang dibuang.
Helikopter militer telah membantu membuang dan menurunkan sampah. Tim Everest Cleaning Campaign pun bisa naik ke kamp yang lebih tinggi dan mulai mengumpulkan lebih banyak sampah. Kata para pejabat, empat mayat juga ditemukan di gunung setinggi 8.848 meter itu.
![]() |
Untuk diketahui, Pemerintah Nepal dan masyarakat setempat telah lama bergelut dengan masalah limbah di Gunung Everest. Adanya sampah ketika pendaki dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke negara itu setiap tahun untuk mencoba menggapai puncaknya.
Sejak 2011, upaya rutin telah dilakukan untuk menurunkan beberapa ton sampah dari gunung. Telah diperkenalkan pula sistem pengelolaan limbah di sana.
Menurut Everest Summiteers Association, peningkatan pengunjung yang sangat besar dalam beberapa dekade terakhir telah berdampak parah pada lingkungan Gunung Everest. Hal yang sensitif, pemerintah juga memperkenalkan deposit untuk pendaki pada tahun 2014.
![]() |
Mereka yang bertanggung jawab atas pembersihan ini memiliki masalah lainnya. Mereka menghadapi perubahan iklim yang mencairkan salju di gunung lebih cepat dan mengekspos semakin banyak mayat.
"Karena dampak perubahan iklim dan pemanasan global, salju dan gletser mencair dengan cepat dan mayat-mayat semakin cepat terekspos dan ditemukan oleh para pendaki," kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal, pada CNN Maret lalu.
Lebih dari 200 pendaki tewas di puncak Gunung Everest sejak tahun 1922, itu catatan kematian pendaki pertama. Mayoritas mayat diyakini masih terkubur di bawah gletser atau salju. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum