Awal tahun 2019 ini Pemerintah Bali menerapkan larangan penggunaan kantong plastik, styrofoam dan sedotan plastik yang dicantumkan dalam Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 97 tahun 2018 itu untuk menekan sampah plastik.
Bali pun bukan satu-satunya yang mulai sadar akan bahaya dari sampah plastik bagi lingkungan. Dijelaskan oleh Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar pada detikcom di Pasar Modern Fresh Market Kota Wisata Cibubur, Bogor, Selasa pagi (14/5/2019), sejumlah daerah lain juga mulai peduli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dijelaskan Novrizal, kepedulian pihak Pemprov hingga Pemkot sangat dibutuhkan untuk sosialisasi sampah plastik. Terlebih, pihak pemerintah daerah dapat 'memaksa' lewat regulasi yang wajib diikuti.
"Karena didiorong oleh regulasi pemerintah daerahnya (Bali), di provinsi kan sudah menetapkan pembatasan penggunaan kantong plastik kresek sekali pakai, sedotan plastik sama styrofoam sudah ada peraturannya juga. Saya lihat masyarakatnya dapat beradaptasi dengan cepat," ujar Novrizal.
Dukungan senada akan sosialisasi sampah plastik juga diutarakan Nur Haryanti selaku Kasi Pengurangan Sampah Dinas LH Kabupaten Bogor di lokasi yang sama. Pihak Pemkab Bogor bahkan sudah punya regulasi soal itu yang akan berlaku pada 17 Agustus tahun ini.
"Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 tahun 2019 tentang pengurangan penggunaan plastik dan Styrofoam berlakunya tanggal 17 Agustus 2019. Kenapa 17? Karena hari kemerdekaan. Momennya pas, kita akan MDS alias merdeka dari sampah," ujar Nur.
Agar lebih familiar, pihak Pemkab Bogor punya punya slogan Antik yang merupakan singkatan dari 'Asri Tanpa Plastik' mari kita jaga alam, alam jaga kita. Lebih lanjut, pihak Pemkab Bogor tidak anti plastik asal dikendalikan dan bijak cara penggunaannya.
![]() |
Turut hadir juga di lokasi, Rahmat Sulaiman Ketua Asosiasi Bank Sampah Seluruh Indonesia (Asobsi) Kabupaten Bogor. Menemani Nur, Rahmat juga sempat bercerita tentang program bank sampah yang dilakukannya di Kabupaten Bogor.
Bagi yang belum tahu, bank sampah adalah sebuah manajemen, alur sirkulasi sampah an-organik yang dihasilkan masyarakat, ditimbang lalu dicatat dan dikembalikan lagi ke masyarakat dalam bentuk konversi rupiah.
"Kalau untuk kegiatan kita biasanya sosialisasi bank sampah, pendampingan pada masyarakat dan setelah itu kita membangun kemitraan antara masyarakat, NGO, pemerintah dan swasta agar bank sampah itu terus sustain, tumbuh kembang, bertahan dengan segala kekuatan dan keterbatasannya," ujar Rahmat.
Kerja keras Rahmat pun kian membuahkan hasil. Hingga hari ini, program bank sampah telah diterapkan di kurang lebih 40 kecamatan di Kabupaten Bogor. Target ke depan tentu akan lebih banyak lagi.
"40 kecamatan sudah ada bank sampah. Target kita 1 desa 1 bank sampah target 2017. Sekarang 1 RW 1 bank sampah," pungkas Rahmat.
(rdy/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan