Soal Sampah Kiriman, Indonesia Harus Belajar dari Malaysia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Soal Sampah Kiriman, Indonesia Harus Belajar dari Malaysia

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Jumat, 24 Mei 2019 08:45 WIB
Ilustrasi sampah plastik (ABC Australia)
Kuala Lumpur - Tak sedikit sampah plastik kiriman dari negara lain yang masuk ke Indonesia. Untuk mengatasinya, mungkin Indonesia harus belajar tegas seperti Pemerintah Malaysia.

Selain sampah yang berasal dari dalam negeri, sejumlah negara di Asia juga kedapatan sampah plastik yang diekspor oleh sejumlah negara besar. Termasuk di dalamnya Indonesia.

Terkait hal itu, pihak Persekutuan Bangsa Bangsa atau PBB memantau hal tersebut lewat Konvensi Basel pada 10 Mei 2018 silam. Aturan itu menegaskan bahwa negara produsen sampah plastik besar harus mendapatkan persetujuan lebih dulu sebelum boleh mengekspor sampahnya ke negara-negara berkembang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia, dalam hal ini sebagai negara yang kedapatan ekspor sampah memang kerap mendapat kiriman untuk keperluan industri daur ulang. Hanya apabila tidak dikontrol dengan baik, 'kiriman' yang ada malah bisa membuat Indonesia sebagai pasar sampah plastik.

Di Asia sendiri, negara tetangg Malaysia menjadi salah satu negara yang kedapatan kiriman sampah plastik setiap tahunnya. Masalah mulai muncul ketika sampah yang dikirim dari negara maju berkualitas rendah dan tak bisa didaur ulang.

Terkait hal itu pihak Kementerian Sumber Daya Energi, Teknologi, Science, Perubahan Iklim dan Lingkungan Malaysia (setara dengan KLHK), Yeo Bee Yin punya langkah yang cukup tegas.

Soal Sampah Kiriman, Indonesia Harus Belajar dari MalaysiaMenteri Sumber Daya Energi, Teknologi, Science, Perubahan Iklim dan Lingkungan Malaysia, Yeo Bee Yin (Instagram/@yeobeeyin)

Dilansir detikcom dari Reuters, Jumat (24/5/2019), Menteri Yeo mengambil langkah tegas dengan mengirimkan kembali kiriman sampah plastik tersebut ke negara asalnya.

"Negara maju harus bertanggung jawab atas apa yang mereka kirim," ujar Yeo.

BACA JUGA: Bagaimana Bisa Ada Sampah di Palung Terdalam Bumi?

Yeo mengatakan, kalau kiriman sampah plastik ke negaranya merupakan pelanggaran Konvensi Basel. Yeo pun berujar, kalau ia telah mengirim lima kontainer berisi sampah plastik yang diselundupkan ke Malaysia kembali ke negara asalnya di Spanyol.

"Akan ada sampah plastik non-recycleable lain yang akan dikirim kembali minggu depan," ujar Yeo.

Diketahui, Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Australia merupakan eksportir sampah plastik terbesar ke Malaysia saat ini. Adapun pihak Amerika Serikat tidak meratifikasi Konvensi Basel, di mana dalam hal ini tak berhak untuk mengekspor sampah plastik ke negara yang meratifikasi konvensi tersebut.

Dijelaskan Yeo, Konvensi Basel menjadi satu kemajuan untuk membatasi kiriman sampah plastik dari negara maju ke negara berkembang.

"Amandemen dari Konvensi Basel merupakan langkah pertama untuk menyelesaikan masalah global dari pergerakan sampah negara maju ke negara berkembang," tutup Yeo.

Agaknya Indonesia harus belajar berani tegas seperti Pemerintah Malaysia dalam menangani kiriman sampah plastik. Jangan sampai Indonesia menjadi pasar sampah plastik dari negara maju. (wsw/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Bumi Rumah Kita
Bumi Rumah Kita
73 Konten
Selamat Hari Bumi! Mari tidak hanya sekadar mengucapkannya, tapi ambil bagian untuk menjaga dan merawat Bumi lebih baik lagi. Bumi adalah rumah kita.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads