Harga tiket pesawat domestik yang mahal dan mencekik traveler tak hanya mengurangi intensitas traveling pejalan dalam negeri. Ini juga punya efek yang lebih berbahaya di masa mendatang apabila terus dibiarkan berkepanjangan.
Fenomena itu pun turut dibahas dalam paparan hasil riset terbaru yang dibuat Amadeus selaku satu dari top 10 perusahaan teknologi yang bergerak dalam sistem distribusi global (Global Distribution System) di kantornya, UOB Plaza, Jakarta, Senin kemarin (24/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kenaikan tiket pada momen Lebaran itu hal yang bisa. Hanya apabila harga tiket pesawat domestik dibiarkan berkepanjangan, bukan tak mungkin kalau nantinya traveler domestik akan lebih memilih liburan ke luar negeri," ujar Andy.
Di Indonesia sendiri, jumlah pengeluaran untuk liburan terus bertumbuh secara konsisten karena tumbuhnya populasi kelas menengah. Harga tiket pesawat pun bersahabat sebelum mengalami kenaikan awal tahun 2019.
BACA JUGA: Ini Beberapa Kesamaan Unik Traveler di Asia Pasifik
Berdasarkan data dari Amadeus, pengeluaran orang Indonesia untuk berwisata tahun 2018 lalu bernilai 367 triliun rupiah (USD 26 miliar). Jumlahnya masih cukup bagus, walau tak sebesar pengeluaran wisatawan dari negara-negara tetangga di Asia Pasifik.
Di satu sisi, mahalnya tiket pesawat domestik bisa jadi peluang bagi ritel seperti penyedia jasa wisata dan operator tur.
"Di sini para pelaku retail bisa masuk dan menawarkan jasa wisata yang lebih personal," ujar Andy.
Tingginya harga tiket pesawat sejatinya tak serta merta menghalangi traveler bepergian. Mungkin bisa disiasati dengan traveling ke destinasi yang lebih dekat atau dengan menggunakan moda transportasi lain yang harganya lebih bersahabat. (wsw/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum