"Silakan Googling atau ketik di searching media social dengan hastag #CrossborderFestival, atau #Crossborder saja, berbagai events Kemenpar di kembangkan di sana," ungkap Arief dalam keterangan tertulis, Selasa (25/6/2019).
Menurut Arief, kawasan perbatasan adalah wajah sebuah negara yang akan memberi kesan pertama. Jika kesan pertamanya baik, maka menjadikan pesona secara umum. Sebaliknya, jika kesan pertama menakutkan, kotor, sepi atau tidak banyak aktivitas, maka akan meninggalkan kesan yang kurang baik. Oleh karena itu pihaknya mengadakan Crossborder Festival.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akan ada banyak event, biasanya musik, dan menghadirkan artis-artis yang dikenal oleh negara tetangga, di daerah perbatasan. Sekaligus bazar, pasar, dan aneka transaksi bisnis dengan masyarakat lokal. Harapan dengan adanya Crossborder Festival, perekonomian di daerah perbatasan akan meningkat," jelas pria asal Banyuwangi ini.
Seperti yang tertuang dalam janji Nawacita, yakni membangun Indonesia dari pinggiran. Pembangunan daerah pinggiran yang diprogramkan Presiden Jokowi ini sudah dilakukan sejak 2016. Poinnya yaitu pembangunan tak lagi terpusat (sentralisasi) di perkotaan. Melainkan, harus dilakukan menyebar di seluruh pelosok (desentralisasi).
Selain dibangun kembali, fasilitas yang ada di PLBN pun dilengkapi. Terutama, CIQS (Costum, Imigration, Quarantine, Security). Menurut Arief, ketika infrastruktur aman, sektor pariwisata menjadi lebih maksimal.
"Pariwisata membuat banyak atraksi di sana. Eventnya Festival Crossborder, Wonderful Indonesia Festival, Konser Musik Perbatasan, dan lain-lain. Tujuannya yaitu menggenjot kunjungan wisatawan. Dukungan diberikan karena pariwisata adalah leading sector dan sudah ditetapkan sebagai core economy bangsa ke depan," ungkapnya.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo dalam akun Instagramnya berkata bahwa mulai Januari 2019, pemerintah akan membangun Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sota, menyusul tujuh PLBN yang sudah dibangun sebelumnya. Dia berharap, selain menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru, PLBN juga menjadi sebuah etalase kebanggaan kita karena merupakan beranda terdepan negara ini.
Beberapa PLBN yang sudah dibangun kembali yaitu PLBN Entikong, Aruk, Kalimantan Barat atau Nanga Badau di Kalimantan, PLBN Mota'ain Atambua, Belu, NTT. PLBN di Motamasin, dan Wini, yang berbatasan langsung dengan Timor Leste di NTT juga ikut dibangun. Sedangkan di Papua, sudah ada PLBN Skouw.
Sejak pembangunan awal PLBN Entikong di Kalimantan Barat selesai 21 Desember 2017, banyak wisman yang datang ke Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kalimantan Barat dikunjungi sebanyak 40.917 wisatawan mancanegara pada 2017. Hal ini tentu saja membawa dampak yang signifikan pagi perkembangan ekonomi perbatasan. Jika dibandingkan 2016, kunjungan itu meningkat sebesar 16,54%.
"Wisman yang ke Kalbar, masuk melalui dua pintu yakni PLBN Entikong, Sanggau dan Bandara Supadio Pontianak, di Kabupaten Kubu Raya. Dan ternyata, Wisman yang melalui PLBN Entikong lebih besar. Mencapai 22.234 orang. Dan melalui Bandara Supadio Pontianak sebanyak 18.682 orang," jelas Arief.
Wisatawan yang masuk melalui pintu PLBN Entikong berasal dari tiga negara. Ada Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Kenaikan siginifikan dialami para pelintas batas dari Brunei Darussalam dengan jumlah 50 hingga 100 orang per hari. Angka tersebut mengalami lonjakan hingga 50% per hari dari tahun lalu.
Crossborder di Kalimantan Barat diperkirakan akan berlangsung sukses dengan semakin siapnya PLBN Nanga Badau sebagai destinasi wisata segera bergulir. Fisik pengembangan zona pendukung PLBN sudah 100% selesai. Aktivasinya akan dilakukan tahun ini. Dengan kapasitas barunya, PLBN siap jadi motor penggerak ekonomi baru di Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar).
"Secara fisik, bangunan zona penunjang sudah selesai semuanya. Kami tinggal menunggu pelimpahan dari instansi terkait. Zona penunjang ini memang diarahkan untuk pengembangan ekonomi dan seni budaya. Kawasan inilah yang nantinya akan menjadi destinasi menarik di PLBN Nanga Badau," ungkap Kepala PLBN Nanga Badau Agato Limat.
Kawasan penunjang memiliki luas total sekitar 2.493 meter persegi. Rinciannya, untuk luas 1.193 meter persegi digunakan untuk wisma Indonesia, mess karyawan, hingga gedung serbaguna. Adapun sisa luas 1.300 meter persegi dikembangkan berbagai fasilitas pelengkap. Sebut saja restoran, pusat ATM, tempat peribadatan, hingga pos keamanan.
"Kalau sudah dilimpahkan kepada PLBN, pasti langsung diaktifkan. Mungkin dalam 2-3 bulan semua sudah siap, meski kami berharap secepatnya. Menyikapi perkembangannya, yang jelas tahun ini zona penunjang PLBN Nanga Badau sudah diaktivasi. Publik Serawak, Malaysia, bisa memanfaatkan fasilitas ini sebagai destinasi baru. Sebab, kalau zona utama sudah berfungsi sejak lama," terang Agato.
Lebih lanjut, untuk mendukung zonasi sebagai penggerak perekonomian, beberapa fasilitas diberikan. Zona pendukung dilengkapi dengan 20 spot bisnis. Penggunaannya 12 unit bisnis untuk display produk craft, lalu 8 unit difungsikan foodcourt. Nantinya pengisi area bisnis ini diutamakan yang berfungsi pada peningkatan kreativitas dan budaya. Contohnya, souvenir khas Dayak dan kuliner otentik Kapuas Hulu.
Data dari Papua pun sama baiknya. Berdasarkan situs Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), khususnya dari PLBN Terpadu Skouw, di Jayapura, Festival Crossborder Skouw 2019 yang berlangsung 9-11 Mei 2019 mendongkrak jumlah wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Administrator PLBN Terpadu Skouw Yan Numberi menjelaskan jumlah wisatawan yang melintas saat adanya Festival Crossborder Skouw 2019 mencapai 1000-1500 wisatawan per hari.
"Angka tersebut jauh dari hari biasa. Jika tidak ada kegiatan, PLBN yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini ini hanya dilintasi sekitar 300-500 orang. Tapi kalau hari pasar atau event seperti Festival Crossborder jumlahnya bisa mencapai 1000-1500 wisatawan perhari," katanya.
Yan Numberi menambahkan, sejak diresmikan Presiden Jokowi pada Mei 2017, banyak wisatawan mancanegara maupun masyarakat dari Jayapura berkunjung untuk berfoto. Wajah baru pos yang telah berdiri pada tahun 2006 ini mengadaptasi bangunan Rumah Tangfa, rumah adat masyarakat pesisir di daerah Skouw. Ciri khasnya adalah bagian atapnya dengan bentuk perisai. Ada juga dua ruang panjang tempat masyarakat berkumpul.
"Saya selaku orang Papua dan administrator memberikan apresiasi khusus kepada Bapak Presiden RI Jokowi dengan nawacitanya. Pembangunan dibangun dari pinggiran ke kota. Terbukti telah dibangun satu gedung megah yang tadinya ini pintu belakang yang terbelakang, dan sekarang menjadi beranda depan Timur Indonesia. Banyak yang datang dan mengagumi pos lintas batas ini," tutur Yan Z Numberi, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, Sejak gedung ini dibangun, kunjungan warga Papua Nugini dilaporkan semakin meningkat. Baik untuk bertransaksi di Pasar Skouw yang berada tak jauh dari pos perbatasan, maupun sekadar berswafoto.
PLBN di NTT juga tak kalah ramai. 2017 lalu, kunjungan wisatawan internasional dari Timor Leste mencapai 593.000 orang. Mereka masuk dari 3 PLBN, Mota Ain, Motamasin, dan Wini. Dampak lain dari semakin semaraknya PLBN adalah akses jalan yang semakin oke. Jalan-jalan di pelosok dibangun. Wisatawan dan pelintas batas dijamin akan nyaman saat memasuki wilayah Indonesia. Kesan medan yang berat dan berlumpur sudah tidak ada lagi. (prf/mul)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!