Dilarang Bawa Mainan ke Pesawat, Anak Autis Sakiti Diri Sendiri

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dilarang Bawa Mainan ke Pesawat, Anak Autis Sakiti Diri Sendiri

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Kamis, 27 Jun 2019 07:20 WIB
Ilustrasi maskapai Ryanair (dok. AFP)
Manchester - Sungguh sedih kisah yang dialami anak autis ini. Oleh pihak maskapai, dia dilarang membawa mainan ke pesawat. Akibatnya, dia menyakiti diri sendiri.

Leyton Martin (8), adalah anak penderita autisme yang pergi liburan bersama dengan keluarganya ke Canary Island, Spanyol. Sepulangnya liburan dari Spanyol, Leyton mesti mendapati kenyataan pahit karena dia dilarang membawa tas berisi mainan favoritnya ke dalam pesawat.

Dia pun menangis dan tantrum hingga menggigit-gigit tangannya sendiri. Tangan Leyton pun mengalami luka-luka akibat kejadian tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dihimpun detikcom dari beberapa sumber, Rabu (26/6/2019), Leyton diketahui naik pesawat Ryanair untuk pulang ke rumahnya di Manchester, Inggris. Saat check in, ibu Leyton bernama Claire sudah membayar sekitar 67 Poundsterling (setara Rp 1,2 juta) ke pihak maskapai untuk kelebihan bagasi.

Meski sudah membayar, tetapi petugas Ryanair menunjuk tas yang dibawa anaknya, Leyton. Kata petugas itu, tas tersebut tidak boleh dibawa masuk ke kabin pesawat karena bukan bagasi prioritas.


Claire pun berusaha menjelaskan kepada si petugas tadi bahwa tas tersebut berisi obat-obatan pribadi dan mainan Leyton, yang memiliki autisme. Tapi si petugas tetap tidak peduli.

Padahal Leyton sangat bergantung pada isi tas tersebut. Mainan-mainan sensorik di dalam tas itu bisa membantu Leyton untuk rileks sejenak dan meredakan rasa stressnya saat naik pesawat.

"Saya berusaha menjelaskan, bahwa anak saya, yang mengenakan kalung disabilitasnya, menyimpan iPad dan mainan-mainan sensorik di tas itu. Kami sangat membutuhkan itu untuk tetap membuatnya terhibur selama 5 jam penerbangan," kata Claire seperti dikutip dari The Sun.

Namun sayang, petugas Ryanair tidak mengizinkan Leyton membawa barang-barang yang ada di tas tersebut. Tas itu pun akhirnya dimasukkan ke dalam bagasi. Leyton pun tantrum dan menggigit tanganya sendiri hingga luka-luka. Sang ibu pun mengajukan komplain ke pihak Ryanair tapi tidak mendapatkan balasan.

Sementara itu, Ryanair menyebut bahwa keluarga Leyton selaku penumpang pesawat tidak menginformasikan kepada pihak maskapai sebelumnya bahwa Leyton menderita disabilitas (autis). Keluarga Leyton juga tidak mengajukan pendampingan khusus terkait kebutuhan anaknya yang autis.

"Konsumen ini tidak memesan pendampingan khusus sebelumnya untuk penerbangan itu. Mereka juga tidak mengontak Customer Service Ryanair untuk permintaan khusus," kata juru bicara Ryanair.


(wsw/fay)

Hide Ads