"Visa kerja nggak punyalah, paling visa kunjungan. Kalau toh dia punya izin kerja sebagai pemandu wisata nggak boleh," Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali Nyoman Nuarta ketika dihubungi via telepon, Jumat (12/7/2019).
"Kerja apa yang dibolehkan terhadap izin itu (misal) jangan sampai sebagai (terdaftar) chef tapi jadi guide. Pemberi kerjanya tidak mungkin memberi izin pemandu wisata, kecuali travel agent itupun menyalahi peraturan," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Modus Guide Ilegal Rusia Cari Tamu di Bali: Ajak Minum
Kembali soal turis Rusia, selama ini mereka biasa menghabiskan waktu liburan 5-7 hari di Bali. Mereka juga cenderung mendatangi obyek wisata alam hingga budaya.
"Paket-paket yang dijual itu Rusia senang di pantai dan alam, budaya. Dia senang tur panjang Kintamani, Karangasem, itu yang mereka lakukan jadi ke Lovina, yang ada pantainya, length of stay bervariasi 5-7 hari. Eropa itu panjang-panjang dibandingkan Asia, mereka minimal 5 hari," jelasnya.
Nuarta lalu menyinggung soal ulah guide ilegal Rusia yang merusak harga pasar paket tur Bali. Dia pun menyesalkan persaingan yang tidak sehat itu.
"Contoh harga tur ke Kintamani USD 65 per orang kalau jumlahnya 6 bisa dijual per orang USD 3-40. Kalau dia tetep, ini kan akan mengacaukan market. Wisatawan itu tidak tahu bahwa di Bali itu orang asing dilarang menjadi guide, ini akan merusak tatanan market produk-produk Bali kepada wisatawan," paparnya.
Dia menambahkan praktik guide ilegal Rusia ini berbeda dengan Tiongkok. Jika guide ilegal Tiongkok memanfaatkan aplikasi Wechat para guide Rusia ilegal ini dengan cara konvensional.
"Dia nggak punya, konvensional. Ini memang orang yang pinter dan bermainnya konvensional tapi diketahui basisnya Rusia," tutur Nuarta.
BACA JUGA: Cerita Pedagang Soal Turis Gembel Ngamen di Pantai Kuta
Terpisah, Plt Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa mengatakan praktik guide ilegal ini mengancam tenaga kerja lokal. Dia pun meminta HPI untuk mengidetifikasi keberadaan para guide ilegal Rusia ini.
"Selanjutnya ini mengancam keberadaan tenaga kerja kita, karena dia kesini visanya adalah visa turis. Akhirnya kita kan tidak paham, mana yang berbuat seperti itu dan mana yang turis. Itu yang tahu persoalan itu temen-temen yang dari divisi guide Rusia, mereka diintilah untuk mengidentifikasi mana orang-orangnya yang begitu setelah tahu baru kita tindak melalui Satpol PP," terang Astawa.
(ams/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum