Sebagai salah satu desa wisata di Yogyakarta, pesona Desa Pentingsari sukses menorehkan berbagai prestasi sebagai Desa Ramah Lingkungan, Kebudayaan dan Pertanian. Terletak di lereng Gunung Merapi, 22,5 Km dari pusat kota. Pentingsari menawarkan kegiatan wisata pengalaman dalam bentuk pembelajaran dan interaksi.
Khususnya tentang alam, lingkungan, pertanian, perkebunan, kewirausahaan, kehidupan sosial-budaya, dan berbagai seni tradisional. Serta kearifan lokal yang masih sangat mengakar di masyarakat.
Penggagas Desa Wisata Pentingsari, Doto Yogantoro mengatakan, tahun 2008 warga mulai membangun mimpi dengan langkah kecil. Dengan harapan dapat menambah nilai kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Dengan berbagai keterbatasan, pengembangan Desa Wisata Pentingsari terus dilakukan agar bergerak maju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu, tidak ada sarana dan prasarana yang memadai sebagai penunjang pariwisata. Hanya ada 5 homestay, ladang darurat sebagai tenda dan ikatan. Pemandu kegiatan dan atraksi belum percaya diri karena mereka tidak memiliki kemampuan dan identitas. Jumlah tamu yang berkunjung pun belum mencapai 1.000 orang," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (16/7/2019).
Tahun 2009, Pentingsari mulai menerima bantuan dari berbagai pihak yang menyediakan program untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur kamp. Seperti memperbaiki ruang, kamar mandi, tempat parkir, dan meningkatkan akses ke pintu masuk yang ada. Dengan program ini, para tamu yang berkunjung mulai meningkat secara signifikan dan mencapai 5.000 orang dengan penghasilan yang besar.
Setahun kemudian, kata Doto, program dan bantuan digunakan untuk memfasilitasi pelatihan SDM, memandu seragam, menambah fasilitas seni, kuliner dan suvenir. Dengan Program Pariwisata PNPM Mandiri, mampu mempercepat upaya untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur desa wisata.
"Tahun 2010, sudah ada 30 homestay, berbagai atraksi pertanian, seni dan layanan budaya, serta kuliner yang mulai terorganisir dengan baik. Jumlah tamu sudah lebih dari 9.000 orang, dari target 10.000 orang," kata Doto.
Menurutnya, pengembangan Desa Wisata Pentingsari bukan tanpa hambatan. Desa ini sempat porak-poranda saat terjadi letusan Gunung Merapi pada Oktober 2010. Dibutuhkan lebih dari 6 bulan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan wisatawan bahwa desa wisata akan dapat berkembang kembali.
Beruntung, banyak kelompok masyarakat mengambil peran aktif dalam kegiatan desa wisata. Hasilnya, tingkat kunjungan wisatawan meningkat tajam. Tahun 2011 mencapai 20.000 orang, dan tahun 2012 mencapai 25.000 orang.
Tahun 2014, Desa Wisata Pentingsari mampu memberdayakan lebih dari 70% masyarakat, dengan berbagai kelompok yang terlibat. Seperti homestay 55 unit/ 140 kamar, atraksi seni dan budaya 25 orang, dan pemandu wisata 30 orang. Kemudian penyedia kuliner lokal 60 orang, industri rumah tangga 20 orang, warung kelontong 6 unit, dan staf keamanan 30 orang.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Pedesaan dan Perkotaan Kemenpar Vitria Ariani menjelaskan, konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan empat prinsip, yaitu layak secara ekonomi (economically feasible), berwawasan lingkungan (environmentally feasible), dapat diterima secara sosial (socially accepable), dan dapat diterapkan secara teknologi (technologically appropriate).
Prinsip Economically Feasible dilaksanakan secara efisien untuk dapat memberikan nilai manfaat ekonomi yang berarti. Baik bagi pembangunan wilayah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip Environmentally Feasible dilakukan dengan menjaga kelestarian lingkungan, alam maupun budaya.
"Untuk prinsip Socially Accepable dilaksanakan agar memperhatikan nilai dan norma yang ada di masyarakat. Sementara Prinsip Technologically Appropriate dilaksanakan dengan memanfaatkan sumberdaya lokal dan dapat diadopsi oleh masyarakat secara mudah," urainya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, dalam pengembangan pariwisata berbasis pemberdayaan komunitas lokal, masyarakat adalah pihak yang ikut berperan. Baik sebagai subyek maupun obyek.
"Masyarakat menjadi pelaku kegiatan wisata yang memiliki pengalaman turun menurun. Baik dalam hal pengelolaan sumberdaya alam, budaya, maupun aktifitas ekonomi. Sehingga harus memiliki komitmen yang kuat untuk mengelola secara berkelanjutan, karena menyangkut kepentingan hidup masyarakat setempat," tandasnya.
(prf/ega)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan