Liburan ke Papua pasti tak bisa lepas dari suvenir khasnya, koteka. Koteka sendiri menjadi pakaian tradisional yang dipakai oleh kaum pria.
Sayangnya, pemakaian koteka sebagai baju tradisional sudah menurun drastis. Bahkan koteka terancam punah karena penduduk Papua tak lagi memakainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan pertama yang bisa kita lontarkan, kenapa orang Papua pakai koteka?
Alasannya sangat sederhana, karena koteka mempermudah pergerakan mereka saat masuk ke hutan dan berburu. Baju modern seperti yang kita pakai ini, hanya akan memperburuk keadaan. Bukannya nyaman, orang Papua bisa kegerahan di dalam hutan. Hewan buruan pun sangat sensitif dengan warna.
Tim detikcom pernah mencoba untuk memakai koteka. Afif Farhan, Wakil Redaktur Pelaksana detikTraveler, menceritakan pengalamannya bersama Suku Dani di Wamena.
"Pergi ke Wamena tahun 2012, tepatnya di Distrik Kurulu. Saat itu saya tinggal di Honai khusus wisatawan, bersama Suku Dani," kenang Afif, Rabu (31/7/2019)
Afif merasakan langsung kehidupan warga Suku Dani, termasuk memakai koteka. Supaya tidak asing dengan koteka, Afif dikenalkan terlebih dahulu tentang pembuatannya.
![]() |
Dalam pembuatannya, labu panjang tersebut akan dipotong pangkalnya. Kemudian, labu dipanggang supaya isinya bisa dibersihkan. Setelah bersih, labu akan kembali dipanaskan di atas api sampai keras dan berwarna coklat kehitaman.
Koteka yang baru selesai dipanggang dijemur terlebih dahulu sebentar. Tidak sampai setengah jam, koteka akan kering dan sudah bisa digunakan.
"Ketika sudah jadi, orang papua menawarkan saya untuk memakai koteka. Saya pun penasaran ingin coba," lanjut Afif.
![]() |
"Pada saat itu malu karena harus telanjang di depan pria Suku Dani (yang menemani), tidak biasa. Tapi cara pakai koteka ternyata cukup sederhana," ungkap Afif.
Bagian pangkal koteka yang sudah dibersihkan tinggal langsung dimasukkan ke dalam penis. Ujung koteka diikat dengan tali rotan dan di lilitkan ke tubuh.
"Nah, ternyata ada 2 cara pemakaian koteka. Cara yang kedua adalah memasukkan penis dan satu buah zakar bersamaan ke dalam koteka. Alasannya supaya tidak lepas," jelas Afif.
Cara pengikatannya pun dua macam, traveler. Kalau yang sederhana cukup dililitkan ke tubuh. Tipe kedua yaitu dengan menambahkan tali rotan yang melewati bokong.
Apa rasanya pakai koteka?
![]() |
Ada rasa bangga mengalir dalam sanubari sewaktu memakai koteka.
"Bangga karena identitasnya. Bangga karena merasakan apa yang orang Papua rasakan. Saya nggak ada rasa terhina pakai koteka. Kita sama-sama Indonesia," ujarnya mantap.
Koteka sendiri mulai dikenalkan kepada anak-anak saat mereka sudah bisa berjalan. Koteka digunakan saat beraktifitas dan dilepas saat tidur.
Meski keras, koteka rupanya bisa pecah dan rusak. Ada yang rusak karena berburu atau perang. Kalau rusak tinggal ganti saja kok..
detikTravel masih akan membahas segala hal terkait koteka. Lanjutkan pencarian terbaru tentang koteka dalam Travel Highlight: Koteka Terancam Punah.
![]() |
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda