Inilah wajah bawah laut Makassar. Kenyataan pahit bahwa terumbu karang yang dulu bersemi indah sudah rusak. Bukan. Hancur sudah.
Sebuah kelompok pecinta lingkungan, Pembela Lautan Greenpeace Indonesia melakukan pendataan terhadap terumbu karang di Kepulauan Spermonde. Ekpedisi ini dilakukan bersama MSDC (Marine Science Diving Club) Universitas Hasanuddin dengan tema Peran Terumbu Karang dan Ancaman yang Dihadapi Bagi Keberlanjutan Ekosistem Laut, Rabu (3/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Terumbu karang rata dengan lantai perairan. Warnanya tak lagi cantik tapi putih karena mengalami bleaching.
Ini belum seberapa. Saat di bawah air, tim mendengar suara bom dari nelayan. Iya, mereka masih menggunakkan bom dan racun sianida untuk menangkap ikan.
"Kami menyelam di tiga titik dalam satu hari, dan selama penyelaman, kami mendengar tiga kali suara bom ikan. Bila tidak ada pengawasan dan penegakan hukum yang kuat, saya sangat khawatir tidak lama lagi karang di Kepulauan Spermonde ini akan habis dan hancur, Ria Qorina Lubis, Fotografer Bawah Laut Pembela Lautan Greenpeace Indonesia.
BACA JUGA: Ria Qorina, Penyelam Wanita Penjaga Laut Indonesia
Catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), jumlah lokasi terumbu karang yang tergolong baik menurun. Data tahun 2018, kegiatan pemantauan terhadap 1.067 lokasi terumbu karang memperlihatkan hanya 70 lokasi dalam kategori sangat baik dan 245 lokasi kategori baik. Sementara yang tergolong kategori jelek sebanyak 386 lokasi, atau sekitar 36% dari total lokasi.
Terkait terumbu karang, LIPI sendiri sudah lama mengamati praktik penangkapan ikan di di kawasan Spermonde. Praktik ini dinilai tidak ramah lingkungan sehingga berdampak buruk terhadap kondisi terumbu karang.
![]() |
Meski demikian, tuntutan ekonomi, rendahnya kesadaran hingga lemahnya penegakan hukum kerap jadi alasan dari praktik kerusakan ini. Tak bisa dipungkiri, kesehatan terumbu karang di perairan Makassar dinilai rendah, masuk dalam rentang poin 1-3.
"Kesehatan terumbu karang di kawasan Spermonde maupun di berbagai daerah lain di Indonesia, harus menjadi perhatian serius pemerintah, karena perannya sangat strategis bagi kehidupan pesisir," tambah Syahputrie Ramadhanie, Koordinator Ekspedisi Pembela Lautan.
BACA JUGA: Parahnya Pemanasan Global, Es Himalaya Pun Mencair
Sebagai bagian dari ekspedisi, tim Pembela Lautan juga melakukan kegiatan bersih-bersih dan audit merek di Pantai Biru, Tanjung Bunga bersama dengan sejumlah komunitas lokal.
"Kita tidak sadar bahwa terumbu karang merupakan salah satu sumber kehidupan bagi kita. Oleh karena itu, kita perlu untuk menjaganya dengan membiasakan diri memulai kebiasaan hidup ramah lingkungan," ucap Muhammad Irfandi Arief, Ketua MSDC Universitas Hasanuddin.
Rusaknya terumbu karang mempengaruhi ekosistem laut. Jumlah ikan pun semakin menurun. Tanpa di sadari, kita kembali kehilangan warisan penting bagi anak-cucu. Akankah kerusakan karang berhenti atau semakin menjadi-jadi?
(bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol