Buktinya menurut Musiana Yudhawasthi, Pendiri Komunitas Jelajah sekaligus Ketua Pelaksana Indonesia Museum Awards 2019, di tengah aktivitas kaum milenial yang sebagian besar menggunakan gadget dan berselancar di dunia maya, ternyata muncul fenomena yang sebenarnya paradoks dengan keseharian kaum milenial, yakni mereka mulai menggandrungi museum.
"Di Malang ada anak muda yang memilih menjadi penggiat museum daripada kerja di kantoran, sementara di Jakarta ada beberapa museum yang pengelolanya dipegang oleh generasi milenial," ungkap sosok yang juga merupakan kandidat Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan tema tersebut museum diharapkan bisa menjadi pusat budaya dan sekaligus menjadi harapan bagi masa depan perkembangan berbagai tradisi yang hidup di masyarakat," jelas Prof. Dr. Wiendu Nuryanti, Ketua Dewan Juri Indonesia Museum Awards 2019.
Baca juga: detikcom Rebut Indonesia Museum Awards 2019 |
"Mulai munculnya kesadaran milenial untuk membagi sedikit waktu buat museum adalah sesuatu yang sangat menggembirakan. Sebab kaum milenial inilah menurutnya yang akan mengambil peran penting dalam perjalanan bangsa ke depan, termasuk perkembangan permuseuman," lanjutnya.
Nah, bagi detikers yang butuh referensi terkait museum apa saja yang wajib dikunjungi. Mungkin bisa memulainya dari para pemenang Indonesia Museum Awards 2019 ini:
- Kategori Museum Cerdas: Indonesia Museum of Health and Medicine FKUI
- Kategori Museum Bersahabat: The Blanco Renaissance Museun
- Kategori Museum Unik: Museum Patung Burung Universitas Udayana
- Kategori Museum Lestari: Museum Goedang Ransoem
- Penghargaan Khusus Pengabdian Sepanjang Hayat: Prof. Dr. Toeti Heraty Roossenno
- Kategori Media Peduli Museum: detik.com
![]() |
Indonesia Museum Awards merupakan ajang tahunan yang memberikan penghargaan terhadap pengelola museum dan tokoh permuseuman di Tanah Air. Ajang ini digagas oleh Komunitas Jelajah, sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan dan penelitian, khususnya yang menyangkut sejarah, heritage dan permuseuman.
Digelar pertama kali sejak tahun 2012, ajang ini telah menjadi barometer perkembangan permuseuman di Tanah Air. Tokoh yang pernah mendapat penghargaan antara lain Soesilo Bambang Yudhoyono (Tokoh Peduli Museum 2016), BJ Habibie (Tokoh Peduli Museum 2017), Sri Sultan Hamengkubuwono X (Tokoh Peduli Museum 2018), Tri Rismaharini (Pejabat Peduli Museum 2018), Ciputra (Pengusaha Peduli Museum 2017), Haryanto Adikoesoemo (Pengusaha Peduli Museum 2018) dan tokoh-tokoh permuseuman lainnya.
Adapun Dewan Juri Indonesia Museum Awards 2019 terdiri dari para tokoh yang kompeten dari berbagai kalangan dan memiliki perhatian dan kepedulian tinggi terhadap kemajuan kebudayaan Indonesia, khususnya permuesuman, yaitu Prof. Dr. Wiendu Nuryanti (Ketua), Prof Dr Indroyono Soesilo (tokoh masyakarat), Samuel Wattimena (perancang), Anggit Hernowo (praktisi media) dan Yuliandre Darwis, Ph.D (pakar Komunikasi).
![]() |
Dari hasil evaluasi dan pengamatan Dewan Juri dalam tiga tahun terakhir, sambung Prof Wiendu, terlihat perkembangan permuseuman yang cukup menggembirakan. Di beberapa daerah dan kota yang perkembangan museumnya cukup pesat, pada umumnya dipengaruhi oleh perhatian dan kepedulian kepala daerah terhadap perkembangan museum yang cukup tinggi.
"Oleh karena itu kami menganggap kepedulian dan peran serta seorang kepala daerah seperti gubernur, bupati maupun walikota, dan masyarakat, khususnya para pengusaha yang memiliki kapital yang cukup, merupakan kunci untuk pengembangan permuseuman," tegas Prof Wiendu yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
Ia mengharapkan munculnya sinergi antara pimpinan daerah, pengusaha dan masyarakat untuk bersama-sama berperan aktif memajukan permuseuman.
Sementara itu Musiana Yudhawasthi juga menyoroti pentingnya melibatkan kaum milenial dalam pengelolaan sebuah museum di era digital ini. "Sebab kaum milenial inilah yang merupakan pemilik masa depan. Di tangan generasi milenial inilah ditentukan apakah museum dapat menjadi pusat budaya dan masa depan tradisi, atau museum akan menjadi rumah kematian yang akan menghentikan catatan perjalanan sebuah bangsa," tegasnya.
(krs/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!