Dalam rilis pers yang diterima detikcom, sosok yang juga ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali itu awalnya menegaskan Pemerintah dan masyarakat Bali telah sepakat menetapkan bahwa pariwisata yang dikembangkan di Bali adalah Pariwisata Budaya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 2 tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangankan wisatawan, semeton muslim yang sudah ratusan tahun berinteraksi di Bali pun tidak ada diskriminasi, toleransi yang sangat indah," ucap pria yang akrab disapa Cok Ace itu.
Sehubungan dengan itu ia pun merespons bergulirnya wacana seputar wisata halal atau ramah muslim di Bali. Walaupun isu itu sendiri masih simpang siur, tapi beragam respons sudah kadung bermunculan.
"Kondisi pariwisata Bali selama ini sudah berjalan dengan baik dan semua wisatawan yang datang bisa terlayani dengan baik. Bahkan reputasi wisata Indonesia mulai meroket saat Conde Nast Traveller 2019 Timur Tengah memberikan award untuk Bali sebagai Favorite Adventure Destination buat wisatawan asal Timur Tengah periode 2018/2019. Pariwisata Bali tidak perlu diganggu gugat lagi, karena sudah berjalan dan dikelola dengan baik oleh masyarakat Bali," katanya.
"Raja Salman (Raja Arab Saudi, red) berlibur dan bahkan memperpanjang masa liburannya di Bali, dan tidak ada keluhan sama sekali," katanya merujuk pada momen medio 2017 lalu. "Jadi tidak elok jika ada pernyataan yang menunjukkan seakan-akan Bali ini tidak ramah terhadap wisatawan muslim."
Senada, sebelum ini anggota DPR RI I Wayan Sudirta juga mencontohkan liburan Raja Salman ke Bali dalam menanggapi terbetiknya kabar mengenai wacana Bali dan Danau Toba disulap jadi destinasi yang lebih ramah terhadap wisatawan Muslim.
"Kalau benar ada pernyataan seperti itu, itu memojokkan orang dan pariwisata Bali yang seakan-akan tidak ramah terhadap wisatawan Muslim. Padahal, sampai Raja Salman berlibur di Bali dan memperpanjangnya beberapa hari, satu pun tidak ada keluhan bahwa Bali tidak ramah bagi Muslim. Karena sejatinya, Bali mengembangkan Kepariwisataan berbagis budaya, keramahannya untuk semua umat manusia, bahkan semua makhluk, sesuai ajaran Tri Hita Karana; memuliakan sesama manusia, alam dan Tuhan," ujar Sudirta.
(krs/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum