Dilihat detikcom dari Instagram pribadinya, @jorgelorenzo99, pada hari Senin (2/12/2019) ini Jorge Lorenzo mem-posting foto sedang berpose di depan Pura Petitenget. Pura ini berada di Kabupaten Badung, Bali.
BACA JUGA: Jorge Lorenzo Puji Bali: Terkadang Surga Tak Sejauh Itu
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat Instagram Stories-nya, mantan pebalap Spanyol ini tampak seksama mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata. Sang pemandu menjelaskan tentang Pura Petitenget.
![]() |
Ada suatu momen menarik. Selayaknya turis, Jorge Lorenzo juga penasaran dengan adat dan budaya Bali khususnya pura. Dia pun bertanya dalam bahasa Inggris, yang jika diterjemahkan artinya adalah, apakah tiap rumah di Bali punya pura?
Sang pemandu wisata pun menjelaskan, tiap rumah, desa, bahkan kabupaten di Bali memiliki pura. Pura Petitenget merupakan salah satu pura yang begitu diagungkan.
Mungkin, kamu juga pernah berpikiran sama dengan Jorge Lorenzo. Kalau liburan ke Bali, rasanya tiap rumah punya rumah bukan?
Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, rumah tradisional Bali memiliki penataan yang unik karena rumah ini tak cuma terdiri atas satu atap tetapi ada beberapa bangunan dalam satu komplek rumah keluarga. Bangunan itu antara lain adalah sanggah atau merajan, bale daje atau bale gede, bale dangin, bale dauh, pintu masuk, halaman rumah, paon atau dapur, dan lumbung.
Nah pura yang dipertanyakan Lorenzo, sebenarnya merujuk pada Sanggah Pamerajan. Sanggah artinya tempat suci sedangkan Pamerajan berasal dari kata Praja yang artinya keluarga. Dengan demikian Sanggah Pamerajan dapat diartikan sebagai tempat suci bagi keluarga. Orang-orang kerap menyebutnya sanggah atau merajan saja.
Sanggah atau merajan merupakan area suci yang berfungsi sebagai tempat pemujaan untuk para leluhur yang telah meninggal. Menurut R. Goris (2012) pembangunan tempat pemujaan, berbakti pada Tuhan dan leluhur dilakukan untuk menguatkan dan memberdayakan hidup agar manusia dalam hidup ini menjadi lebih baik dan lebih berguna.
BACA JUGA: Bali, Senja, dan Jorge Lorenzo
Pembuatan sanggah atau merajan di rumah dilakukan berdasarkan berbagai aturan dalam ajaran Hindu, sebagaimana tercantum dalam Bhagawad Gita dan sejumlah filosofi seperti Tri Hita Karana, Tri Mandala, Sanga Mandala, Tri Angga, Tri Loka, Asta Kosala Kosali, dan Arga Segara. Namun secara umum, keberadaan sanggah atau merajan ini merupakan hal paling utama dalam rumah tradisional Bali.
Dalam konsep Tri Hita Karana misalnya, kehidupan ini terdiri atas atma (jiwa), prana (tenaga), dan angga (fisik). Pada kompleks rumah tinggal, atma dapat terlihat dari merajan atau sanggah sebagai tempat suci, prana adalah penghuninya, dan angga adalah pekarangan tempat bangunan itu didirikan.
Jadi, rumah di Bali didirikan bukan hanya untuk melakukan kebutuhan hidup seperti berkumpul atau berteduh saja tetapi juga untuk melaksanakan kepentingan psikologis seperti melaksanakan kegiatan keagamaan dan adat. Sanggah atau merajan ini umumnya dibangun di bagian timur laut dan menghadap ke Gunung Agung.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan