Pemerintah Indonesia menyetop penerbangan dari dan ke China mulai tengah malam tadi. Devisa sebesar Rp 54 triliun diprediksi melayang.
Pemerintah resmi menyetop sementara penerbangan langsung ke dan dari China mulai Rabu (5/2/2020) tepat pukul 00.00 WIB. Kebijakan ini diambil demi mencegah penyebaran virus Corona yang bermula dari Wuhan, salah satu kota di China.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, belum mengetahui detail potensi kerugian dengan penghentian penerbangan dari dan ke China itu. Dia membutuhkan waktu untuk mendapatkan angka detail.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wishnutama baru dapat memperkirakan potensi hilangnya devisa berdasarkan rata-rata pengeluaran perkunjungan dari turis (Average Spending Per Arrival/ASPA) asal China dan jumlah pengunjung dalam setahun.
"Ini kan baru beberapa hari ya. Kita terus mendapatkan report satu-satu tapi belum solid angkanya. Jadi, harus kita data dengan baik. Tetapi, kan seperti kita ketahui wisatawan dari China dalam masa setahun ada 2 juta," ujarnya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020).
"Kalau dihitung dari segi devisa karena ASPA-nya mereka USD 1.400 (sekitar Rp 19,1 juta) kan berarti hampir USD 4 miliar dari China saja. Jadi memang ini sebuah tantangan yang cukup berat buat pariwisata," dia menuturkan.
Apalagi, penurunan belanja turis di Indonesia sudah terasa sejak awal Februari. Dari data yang dimiliki kementerian, turis asing yang melakukan pemesanan hotel tak seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Di Bali, beberapa kamar. Saya nggak bisa secara average karena dari pagi juga saya mau ngitung ada berapa. Tapi hotel banyak sekali yang turun. Tapi, saya tidak bisa sebutkan angka. Karena sekarang baru kejadian. Kita bisa meng-average kalau sudah sebulan, seminggu berapa. Jadi, memang bukan hal mudah," ujar dia.
(das/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!