Maskapai Batik Air dipilih pemerintah Indonesia untuk menjalankan misi kemanusiaan menjemput WNI yang terjebak di kota Wuhan, China. Apa alasannya?
Sebanyak 238 orang Warga Negara Indonesia (WNI) berhasil dievakuasi dari Wuhan, kota virus Corona pertama kali mewabah di China. Mereka berhasil dibawa pulang menggunakan pesawat Airbus A330-300 CEO milik maskapai Batik Air yang dipimpin oleh Captain Destyo Usodo beserta krunya.
Mereka telah sampai di Jakarta setempat sempat menjalani observasi di Natuna selama 14 hari. Selain mengisahkan penugasan di Wuhan dan keseharian di Natuna, Batik Air mengungkapkan lagi pemilihan maskapai itu untuk menjemput WNI yang terisolasi di Wuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edward Sirait, presiden direktur Lion Air Group, bercerita tentang terpilihnya Batik Air bisa dipilih oleh pemerintah Indonesia untuk menjalankan misi kemanusiaan tersebut. Salah satu alasannya karena mereka sudah punya rute ke China.
"Kami sudah punya rute ke China. Kami juga sudah mengantongi izin beroperasi di China. Pesawat kami siap. Jadi saat menerima penugasan dari pemerintah, kita tidak perlu berpikir yang lain. Kita terima penugasan ini, selama pemerintah memang yakin kami mampu melakukannya," kata Edward di Gedung Lion Air Group Simulator, Jalan Trikora I, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, akhir pekan lalu.
![]() |
Saat menerima penugasan misi kemanusiaan menjemput pulang WNI yang terjebak di Wuhan gara-gara virus Corona, Lion Air Group tidak berharap apresiasi apapun dari pemerintah, karena dengan penunjukan itu saja sudah merupakan bentuk apresiasi artinya mereka dipercaya untuk menjalankan misi mulia tersebut.
"Saya pikir dari pemerintah menunjuk kami itu sudah apresiasi. Artinya kami diberi kepercayaan. Itu sebagai apresiasi buat kami. Kami dianggap mampu melakukan misi ini," Edward menambahkan.
Tentang pemilihan 18 orang kru yang terlibat dalam misi kemanusiaan tersebut, pihak maskapai juga tidak melakukan seleksi khusus, karena pada dasarnya mereka siap ditugaskan kemanapun dan kapanpun dibutuhkan.
"Sebenarnya, mereka adalah kru aktif yang tadinya mau diterbangkan ke suatu tujuan, tapi kita sampaikan ada misi kemanusiaan ini dan mereka siap. Jadi tidak ada rasa ketakutan. Mereka melakukannya dengan tulus. Tanpa bertanya, mereka siap berangkat saja," Edward menjelaskan.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum