Akibat Italia Membiarkan Transportasi Publik Tetap Jalan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Akibat Italia Membiarkan Transportasi Publik Tetap Jalan

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 21 Mar 2020 22:42 WIB
Sun Shuopeng, left, Vice President of Chinas Red Cross leaves after a press conference with Italian Foreign minister Luigi Di Maio at the Red Cross headquarters in Rome, Friday, March 13, 2020. Italy has welcomed a team of Chinese medical experts and 31 tons of ventilators, protective masks and other medical equipment as its fight against coronavirus turns a nation that usually donates aid into one that receives it. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms. For some it can cause more severe illness. (AP Photo/Alessandra Tarantino)
Wakil Presiden Palang Merah China Sun Shuopeng (kiri) (AP/Alessandra Tarantino)
Milan -

Angka kematian akibat virus Corona di Italia telah melampaui China padahal sama-sama menerapkan lockdown. Wakil Presiden Palang Merah China, Sun Shuopeng, menyebut ada kelemahan saat penguncian itu.

Italia menjadi epicenter virus Corona di samping China dan Iran. Secara mengejutkan, Italia yang memiliki populasi 60 juta penduduk, telah menunjukkan 3.405 orang tewas dari 41.035 kasus virus Covid-19. Jumlah itu lebih tinggi 150 orang ketimbang China.

Otoritas kesehatan merangkum sejumlah penyebab tingginya angka kematian di Italia. Yakni, populasi lansia yang besar, yang sangat rentan terhadap komplikasi serius dari virus, meskipun kasus yang parah juga terlihat pada pasien yang lebih muda. Ya, Italia memiliki populasi tertua kedua di dunia, dan sebagian besar kematiannya, 87%, berusia di atas 70 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkaca kepada penurunan kematian di Wuhan akibat virus Corona, memiliki penilaian lain pada tingginya warga yang meninggal karena Covid 19 di Italia. Padahal, Italia sudah melaksanakan lockdown seperti yang dilakukan China.

"Kami baru datang dari Cordoba, kemudian datang ke sini di Milan yang menjadi kota paling parah terjangkit Covid-19. Kalian lemah dalam memberlakukan kebijakan lockdown. Karena transportasi publik masih berjalan, orang-orang masih hilir mudik, dan masih berkumpul di hotel. Mereka enggak memakai masker. Saya nggak tahu apa yang kalian pikirkan," ujar Sun Shuopeng seperti dikutip Time.

ADVERTISEMENT

"Sekarang kita harus menghentikan waktu. Saat ini, kita harus menghentikan seluruh aktivitas ekonomi dan kita harus menghentikan mobilitas orang-orang. Kita harus menghentikan interaksi sosial. Semua orang harus tinggal di rumah dalam karantina," Sun menjelaskan .

"Dan, kita membutuhkan semua orang untuk siap sepenuhnya untuk memproteksi dirinya. Hidup orang-orang inilah yang menjadi prioritas kita saat ini," tegas Sun Shuopeng.




(fem/ddn)

Hide Ads