Virus Corona dikhawatirkan juga bakal menyerang gorila. Taman nasional Virunga di Kongo, yang merupakan habitat sepertiga gorila di dunia, pun menutup pintu bagi pengunjung.
Salah satu jenis gorila yang tinggal di Taman Nasional Virunga di Kongo adalah gorila gunung. Gorila itu salah satu spesies yang masuk dalam daftar hampir punah.
Dalam periode pandemi virus Corona, taman nasional itu pun berupaya melindungi gorila-gorila yang ada. Dilansir detikcom dari Media WKBN 27 pada Senin (23/3/2020), pengelola menutup pintu untuk pengunjung hingga 1 Juni 2020.
Baca juga: Taman Nasional Komodo Tutup Sementara |
Rupanya menurut para peneliti, gorila gunung adalah spesies yang memiliki kemungkinan terjangkit COVID-19. Sehingga kehadiran pengunjung dikhawatirkan membawa pandemi ini masuk ke tubuh primata.
Tak hanya Kongo, negara tetangga seperti Rwanda pun menghentikan sementara kegiatan pariwisata dan penelitian di tiga taman nasionalnya. Taman nasional tersebut diketahui jadi rumah dari primata seperti gorila dan simpanse.
"Gorila gunung rentan terhadap beberapa penyakit pernapasan yang menimpa manusia. Flu biasa dapat membunuh seekor gorila," begitulah keterangan dari World Wide Fund for Nature.
Ada sekitar 1.000 ekor gorila yang hidup di kawasan hutan lingung Kongo, Uganda dan Rwanda. Tutupnya Taman Nasional Virungan disambut baik oleh para aktivis konservasi di wilayah tersebut.
"Setiap upaya dilakukan untuk melindungi gorila gunung, karena hanya tersisa sedikit di alam," ujar Paula Kahumbu, kepala eksekutif kelompok konservasi di Kenya.
Penutupan Taman Nasional Virungan juga dirasa perlu saat-saat seperti ini. Menurut pengalaman, saat sedang treking mencari gorila banyak turis yang nekat untuk mendekat ke gorila.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal jarak aman yang sudah ditetapkan adalah sekitar 7 meter. Dengan jarak ini, flu biasa dari manusia akan sangat mudah tertular ke gorila. Apalagi, pandemi Corona.
Populasi gorila gunung abad lalu menurun karena adanya perburuan, penyakit dan perambahan manusia. Sejak tahun 1996, populasi mereka bertambah karena upaya konservasi.
"Gorila sangat sensitif terhadap penyakit manusia. Dalam beberapa kasus virus Corona tak memiliki gejala dan ini sangat berbahaya untuk gorila," ujr Kahumbu.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum