California -
Andini Safitri, salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) di California, berbagi pengalaman saat negara itu terkena wabah virus Corona. Seperti apa situasi di sana?
Andini tinggal di Koreatown, California. Dia bilang kawasan itu sepi kini. Tak ada lagi mobil lalu-lalang, bahkan barbeque yang menjadi salah satu aktivitas lazim di area itu tak lagi ada.
Ya, sejak virus Corona dinyatakan sebagai wabah oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), Gubernur California, Gavin Newsom, langsung mengimbau warga untuk tinggal di rumah. Dia menjadi gubernur pertama di antara pemimpin negara bagian lainnya di AS yang menyerukan imbauan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu menyusul keputusan Gubernur Gavin Newsom yang mengimbau warga agar tetap diam di rumah terkait perkembangan Coronavirus atau COVID-19 di Amerika Serikat," kata Andini.
"Sejak itu, pemerintah setempat mengimbau masyarakat di California untuk tidak keluar rumah, kecuali untuk memenuhi kebutuhan esensial seperti halnya ke rumah sakit dan membeli kebutuhan rumah tangga," dia menambahkan.
Berbagai tempat seperti bioskop, club malam dan gym ditutup, semua tempat makan hanya menyediakan drive thru, delivery dan take out. Selain itu, perkumpulan atau acara yang melibatkan lebih dari 10 orang pun dilarang oleh pemerintah. Tempat hiburan seperti Disneyland dan Universal Studio juga ditutup hingga keadaan membaik.
"Berbagai konser pun ditunda, padahal saya sudah membeli tiket konser band favorit, terpaksa saya refund tiketnya. Bahkan, kini pantai dan hiking trail pun kena imbas penutupan," kata perempuan berusia 27 tahun itu.
Andini mengakui beberapa hari pertama sejak imbauan pemerintah setempat, keadaan cukup mencemaskan. Utamanya bagi mereka yang memiliki kecemasan tiba-tiba.
Ralphs Pasadena di California pada 12 Maret 2020 (Mieke Cahyadi for detikTravel) |
"Saya ingat betul salah satu teman saya sempat mengalami panic attack saat COVID-19 menjalar ke Amerika. Saya ingat betapa dia begitu panik melihat berita yang menunjukan betapa bahayanya COVID-19 hingga sulit tidur dan bahkan sampai mual," kata Andini.
"Pada awalnya saya masih santai bahkan saat menghadapi teman saya, namun ketika melihat rak-rak yang kosong akibat banyak orang yang panic buying, saya pun merasa cemas. Cemas akan nasib kebutuhan saya ke depan," ujar Andini.
Andini bilang beberapa masyarakat melakukan panic buying, utamanya untuk kebutuhan utama, seperti tisu toilet, hand sanitizer, disinfektan, air minum dan berbagai macam tisu. Bahkan, ada kalanya makanan instan di beberapa supermarket pun menipis.
Untuk masuk ke dalam supermarket saja harus antre panjang. Bahkan, tak sedikit diberitakan masyarakat yang berebutan kebutuhan rumah tangga di supermarket.
"Beruntung saya tidak sampai mengalami kejadian seperti ini," kata Andini.
Hari pun berganti, perkembangan COVID-19 memang tidak kunjung mereda, angka terus bertambah. Bahkan, saat ini Amerika Serikat memiliki jumlah kasus yang lebih banyak dibandingkan dengan negara lainnya.
Hingga Rabu (8/4/2020) waktu setempat, situs Centers for Disease Control and Prevention, mengkonfirmasi 395.011 COVID-19 di Amerika Serikat dengan jumlah meninggal dunia 12.754 orang.
Sementara itu, California menempati urutan ke-4 kasus terbanyak di Amerika Serikat, dengan total kasus 14,336 dan total kematian 343 menurut situs Departemen Kesehatan California.
"Jika melihat perkembangan kasus ini pun rasanya saya menjadi mual. Begitu banyak angka yang terus bertambah. Bahkan pemerintah menghimbau untuk bersiap jika keadaan akan semakin memburuk. Sulit rasanya melihat pemberitaan di setiap lini masa," kata Andini.
Ralphs di Koreatown by Andini (6 April 2020) Foto: Andini Safitri for detikTravel |
Bahkan, lanjut dia, Departemen Kesehatan California telah mengimbau masyarakat untuk tidak keluar rumah termasuk berbelanja pada satu hingga dua minggu kedepan. Jika terpaksa harus keluar rumah masyarakat diimbau untuk menggunakan masker. Hal ini pun menyusul meningkatnya angka COVID-19 di negara bagian California.
"Memang tidak banyak yang bisa kita perbuat selain tetap berdiam diri di rumah untuk membantu mengurangi tingkat penyebaran COVID-19. Hari ini adalah hari ke-15 saya berdiam diri di rumah. Selama seminggu setidaknya saya keluar hanya sekali-dua kali saja," ujar Andini.
"Saya keluar hanya untuk bekerja separuh waktu, hanya empat jam dan hanya masuk seminggu sekali, bergantian dengan teman-teman lainnya, dan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Jika pun terpaksa harus keluar rumah sedemikian mungkin kita menggunakan masker dan juga menjaga jarak antar satu dengan yang lainnya setidaknya dua meter," dia menjelaskan.
"Perasaan bosan kerap kali menghampiri, inilah yang pada akhirnya memuat saya justru rajin saat berada di rumah. Dimulai dari membuat masakan Indonesia agar tetap terasa seperti di Tanah Air, video call bersama teman atau keluarga yang juga bosan di rumah mereka, bahkan saya pun mencoba kegiatan baru seperti melukis. Apapun saya lakukan untuk menghilangkan rasa bosan dan agar tetap tenang," dia menjelaskan.
Andini dan teman-temannya juga mulai mengerem hasrat untuk kongkow-kongkow di luar rumah. Dia berharap wabah virus Corona itu segera berakhir.
"Kini, saya dan teman-teman saya pun sudah mulai membiasakan diri di rumah. Yang sebelumnya hampir setiap akhir pekan keluar rumah mencicipi tempat makan baru atau setiap pulang kerja mencari hiburan di luar rumah, kini kita hanya bisa berdiam diri tempat masing-masing," ujar dia.
"Beruntung saya dan kedua teman saya tinggal di gedung yang sama. Jadi, sesekali kita janjian di rooftop untuk sekedar bercerita namun tetap menjaga jarak satu sama lain," ujar perempuan yang pernah bergabung dengan media online di ibu kota itu.
Andini Safitri, WNI di California (dok pribadi) |
"Semoga pandemic COVID-19 ini adalah cara dunia untuk 'membersihkan tubuhnya', karena terlalu lama kita abai akan keseimbangan alam beserta isinya. Semoga kalian semua tetap sehat dimana pun kalian berada," ujar Andini.
"Siapa yang menyangka di timeline kehidupan ini kita bisa mengalami pademik yang luar biasa? Dulu saya selalu berpikir bahwa zombie apocalypse suatu hari nanti akan terjadi, dan saya aware akan hal ini. Tapi, konyolnya saya lengah dengan penyebaran virus yang lebih nyata akan terjadi," dia menambahkan.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!