Pada saat itu, Felicia dan warga Taiwan sempat mengalami kepanikan sebab mereka tak bisa membeli masker seenaknya. Tapi, kondisi itu tak bertahan lama. Setelah pemerintah mengambil alih produksi masker dan memberlakukan aturan tertentu, kebutuhan masker di dalam negeri tetap terjaga.
"Masker hanya bisa dibeli di apotek resmi Taiwan, jadi kalau kita punya NHI card atau National Health Insurance gitu, mungkin kalau di Indonesia seperti BPJS y , jadi kalau kita memiliki kartu tersebut, kita bisa beli masker dan itu pun kita bisa beli dua minggu sekali dan kita hanya dapat 9 pieces (potong) saja," ia menerangkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain masker, Pemerintah Taiwan juga mencegah penyebaran COVID-19 dengan memperpanjang masa libur musim dingin supaya kegiatan di ruang publik berkurang.
"Pada 2 Februari yang seharusnya libur musim dingin berakhir, pemerintah sengaja memperpanjang liburnya menjadi 14 hari guna untuk mengurangi tingkat tertularnya virus COVID-19. Nggak lama kemudian pada awal Februari juga pemerintah telah memberlakukan aturan baru bahwa semua kunjungan turis dari China, Hong Kong dan juga Macau akan dibatalkan dan dilarang untuk masuk ke Taiwan," katanya.
Kebijakan tegas juga diambil pada Maret lalu dimana kunjungan turis dari berbagai negara juga dilarang untuk meredam kemungkinan masuknya Corona dari warga negara lain.
"Tanggal 19 Maret, pemerintah telah memberlakukan aturan baru lagi bahwa kunjungan turis dari berbagai macam negara, semua negara termasuk Indonesia itu juga nggak bisa masuk ke Taiwan kecuali kalau misalkan orang tersebut adalah warga negara Taiwan dan memiliki kartu identitas Taiwan, ataupun misalnya dia warga negara asing memiliki Alien Resident Card, nah itu baru bisa masuk ke Taiwan," ia menambahkan.
![]() |
Felicia juga mengatakan, di Taiwan, orang-orang mendapatkan pelayanan medis yang maksimal. Mereka juga diimbau untuk melapor ke rumah sakit bila mengalami gejala sakit.
"Penanganan medis di Taiwan, secara umum masyarakat di Taiwan yang memang sakit atau tidak enak badan mereka akan melaporkan diri ke rumah sakit dan rumah sakit nggak akan menolak yang namanya pasien. Jadi rumah sakit akan bertanggung jawab dan juga akan merawat secara intensif. Seperti kemarin itu ada satu kasus dimana dia memang sakit dan akhirnya malah dijemput oleh ambulansnya sendiri,"tutur Felicia.
Menurut Felicia, salah satu kunci dari penanganan virus Corona yang baik di Taiwan adalah transparansi pemerintah dan kerjasama dari masyarakat. Selama ini pemerintah tidak menetapkan lockdown namun pemerintah mengajak masyarakat untuk menjaga jarak satu sama lain dan mengenakan masker untuk mencegah penularan. Selain itu ada juga berbagai macam denda mulai jutaan hingga miliaran rupiah yang akan diberikan bagi siapapun yang melanggar aturan.
"Pemerintah selalu membuka konferensi pers terbuka untuk mengumumkan jumlah orang yang terinfeksi COVID-19 dan juga memberikan pengetahuan serta informasi penting bagaimana untuk mencegah terjadinya COVID-19 dan mereka juga secara detail menjelaskan langkah-langkah pemerintah dalam menanggulangi tertularnya COVID-19 ini. Jadi semuanya jelas, transparan, dan akhirnya masyarakat nggak akan takut dan nggak akan terjadi yang namanya panic buying, dan sebagainya,"tukasnya.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan