Gagal Terbang Akibat Corona, Pelajar Berlayar dari Kuba ke Belanda

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gagal Terbang Akibat Corona, Pelajar Berlayar dari Kuba ke Belanda

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Rabu, 29 Apr 2020 07:31 WIB
Perahu layar kembar yang membawa para pelajar Belanda,
Para pelajar Belanda di atas perahu Wylde Swan (Peter Dejong/AP)
Harlingen -

Pandemi virus Corona menahan langkah sejumlah pelajar Belanda untuk pulang dari Kuba. Tak menyerah, mereka pulang dengan perahu menyeberangi Samudra Atlantik.

Kisah pelayaran besar layaknya di era maritim tampaknya masih hidup hingga saat sekarang. Itu dibuktikan oleh sekawanan pelajar Belanda yang pulang ke negerinya menggunakan jalur laut.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Rabu (29/4/2020), awalnya sekitar 25 pelajar kelas SMU berkewarganegaraan Belanda itu tengah mengikuti study tour naik kapal cruise di Karibia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya saja, akibat virus Corona, mereka yang terdampar di Kuba tak dapat kembali pulang naik pesawat akibat adanya kebijakan lockdown. Beruntung, ada perusahaan kapal Masterskip yang menawarkan mereka tebengan menuju Belanda via jalur laut.

Menggunakan perahu layar kembar bernama Wylde Swan, sekawanan pelajar berusia antara umur 14-17 tahun ini menyeberangi Samudera Atlantik. Tak sendiri, para pelajar yang masih sangat awam itu didampingi juga oleh 12 kru kapal terlatih dan 3 guru mereka.

ADVERTISEMENT

Tak disangka, perjalanan luar biasa itu malah memberikan cerita tersendiri bagi salah satu pelajar bernama Floor Hurkmans (17).

"Kita belajar untuk bersikap fleksibel, karena segala sesuatunya berubah setiap saat. Waktu kedatangan berganti hingga lebih dari 100 kali. Bersikap fleksibel menjadi hal yang sangat penting," ujar Floor.

Mereka tiba di Pelabuhan Harlinger pada hari Minggu lalu (26/4)Mereka tiba di Pelabuhan Harlingen pada hari Minggu lalu (26/4) (Peter Dejong/AP)

Setelah melewati perjalanan laut yang lambat, akhirnya mereka tiba di Pelabuhan Harlingen yang berada di sisi Utara Belanda. Total dibutuhkan waktu 5 minggu pelayaran dengan jarak mendekati 7.000 Km.

Setibanya di pelabuhan, para pelajar SMU itu pun saling berpelukan dan meneriakkan nama masing-masing setelah turunnya dari kapal. Tak lupa, mereka saling berpelukan dengan keluarga yang telah menunggu mereka.

Menggunakan mobil, satu per satu pelajar dan keluarga pulang sambil tetap menerapkan social distancing. Ditambahkan oleh Floor, perjalanan di laut juga membuatnya jadi lebih baik secara sosial.

"Di rumah kamu melakukan semuanya untuk dirimu sendiri, tapi di sini kamu harus peduli dengan semua orang, karena kamu tidur dan makan dengan mereka. Termasuk melakukan segalanya bersama, jadi kamu tak bisa benar-benar bersantai," Floor menambahkan.

Ibu Floor, Renee Scholtmeijer, pun berujar bahwa mungkin anaknya akan merindukan kehidupan di laut setelah mengalami karantina di Belanda.

"Saya pikir setelah dua hari dia akan ingin kembali ke kapal itu, karena hidup begitu membosankan di rumah. Tak ada yang bisa dilakukan, ia tak bisa mengunjungi temannya, jadi sangat membosankan," ujar Renee.

Sebelumnya, perusahaan Masterskip yang memiliki kapal layar kembar Wylde Swan memang telah sering mengadakan ekspedisi lintas samudera. Menyeberangi Samudera Atlantik bukanlah hal baru bagi para krunya.

Sang pemilik perusahaan, Christophe Meijer menjelaskan, bahwa para pelajar itu sudah dimonitor pada bulan Maret untuk memastikan mereka bebas corona. Lebih lanjut, ia cukup senang bahwa para pelajar itu dapat beradaptasi dengan suasana pelayaran.

"Anak-anak belajar banyak tentang adaptasi, juga perhatian media, tapi juga kehidupan sekolah normal mereka. Jadi kini mereka berada jauh di depan teman-teman sekolah mereka. Hal itu sungguh membuat kami bangga," ujar Christophe.




(rdy/fem)

Hide Ads