Kisah Sedih Traveler Selandia Baru, Boleh Pulang Setelah Ibunya Tiada

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Sedih Traveler Selandia Baru, Boleh Pulang Setelah Ibunya Tiada

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Selasa, 12 Mei 2020 19:15 WIB
llustrasi parkinson
Foto: Ilustrasi Parkinson (Thinkstock)

Kabar Duka Itu Datang

Berhari-hari kemudian, tepatnya 2 hari setelah Paskah, kabar duka itu pun datang. Sang Ibu dinyatakan meninggal dunia. Sementara aplikasi izin masuk wanita ini tidak menunjukkan titik terang.

"Paskah tahun ini sungguh menyedihkan karena saya tidak kunjung mendapat respons. Selasa pagi setelah Paskah, saya dapat telepon bahwa ibu saya meninggal dunia. Hari-hari setelah itu sungguh amat sulit," kata wanita tersebut.

Pada tanggal 17 April, baru ada email masuk yang menyebutkan bahwa aplikasi wanita tersebut telah disetujui oleh pihak imigrasi Selandia Baru. Tapi semuanya sudah terlambat.


Perasaan wanita ini pun campur aduk saat menerima email itu. Dia marah, kesal, sedih jadi satu. Dia bahkan menyebut pihak Imigrasi Selandia Baru tidak memiliki perasaan dan perikemanusiaan. Mengapa mereka baru memberikan izin saat ibunya sudah meninggal dunia.

"Saya rasa ini sungguh tidak menghargai saya maupun keluarga. Mereka di Selandia Baru sangat terdampak atas hal ini. Ayah saya sangat berduka dan saya tidak bisa bersamanya," kata dia.


"Saya merasa sangat hancur karena saya tidak bisa berada di saya untuk menemaninya. Dia sendirian di situasi seperti ini dan tidak ada yang mengharapkan itu," sambungnya.

Sang ayah saat ini sudah berusia 90 tahun. Dia hanya ditemani oleh kakak si wanita tadi. Sementara wanita tadi sudah 40 tahun pergi merantau ke Sydney.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Respons imigrasi...


Hide Ads