Pandemi virus Corona menyisakan turis-turis yang terjebak di negara orang, termasuk di Sri Lanka. Mereka tetap tinggal di pondok penginapan, makanan disuplai oleh pemilik cafe.
Adalah Dharsana Ratnayake, seorang pemilik Chill Cafe di Ella, di area perkebunan teh sejak kolonial di Sri Lanka, sekitar 200 km dari Kolombo, yang menyediakan makanan dan jaminan tempat berlindung gratis bagi wisatawan yang tak bisa pulang itu. Bukan satu atau dua, namun 40-an turis.
Ratnayake memberikan makanan gratis kepada turis-turis itu sejak Sri Lanka menerapkan jam malam dan menutup diri dari negara lain karena virus Corona mulai 20 Maret. Sampai saat ini di awal Juni.
Kebaikan hati Ratnayake itu membuat turis asal Eropa terharu. Mereka tak menyangka mendapatkan perlakuan begitu baik dari pebisnis kepada konsumen.
"Kami benar-benar terkesan. Ini sangat luar biasa. Berasal dari masyarakat Barat, yang boleh dibilang tidak ada yang gratis untuk diberikan dan harus membayar semuanya. Tapi di sini, penduduk setempat menjamu kami, turis, dengan makanan dan akomodasi gratis, benar-benar baik hati," kata Alex Degmetich, direktur hiburan pelayaran, dan dikutip AP.
Degmetich merupakan satu di antara 40 wisatawan dari 11 negara yang terdampar di Ella. Ella dengan wisata alamnya memang menjadi jujugan wisata backpacker muda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratnayake menyadari betul tamu-tamunya akan segera kehabisan uang dan kesulitan untuk mendapatkan penginapan dan makan. Benar saja, banyak turis itu hanya memiliki cukup uang untuk membiayai perjalanan sesuai rencana. Saat wabah virus corona menjalar ke negeri itu, turis-turis yang terjebak di sana pun mulai kehabisan uang. Mereka pun tak bisa membayar uang sewa kamar, juga kebutuhan makan.
![]() |
Akibatnya, pondok penginapan tak dapat pemasukan. Lama-lama persediaan makanan di penginapan juga menipis.
Tapi, Ratnayake, yang mendirikan Chill Cafe sebagai bar minuman segar dengan dua meja 13 tahun yang lalu dan kini telah berkembang menjadi restoran lengkap dan hotel butik dengan 72 karyawan, memujuk pemilik-pemilik pondok untuk tak mengusir tamu-tamu mereka. Dia minta agar pemilik penginapan memberikan kamar kepada turis-turis bokek itu secara cuma-cuma.
Sementara itu, urusan makan para turis menjadi tanggung jawab restorannya. Tepat setelah jam malam diberlakukan, Ratnayake membuat daftar orang-orang yang tinggal di pondok-pondok itu dan mulai mengirim nasi bungkus setiap malam.
"Mata pencaharian kami tergantung kepada pariwisata. Kami harus membantu wisatawan ketika mereka dalam kesulitan. Uang bukan segalanya. Kami harus membantu dan berbagi di masa-masa sulit seperti ini," kata Ratnayake.
Selain menyiapkan makan malam bagi para turis, dia juga menyumbangkan 5 juta rupee Sri Lanka atau setara dengan Rp 378,3 juta untuk pemandu wisata yang kehilangan penghasilan ketika pariwisata terhenti.
Ratnayake mengatakan ada yang lebuh buruk bagi wisata di Sri Lanka. Yakni, perang saudara berdarah selama puluhan tahun. Setiap kali sebuah bom meledak di negara itu, katanya, kedatangan wisatawan turun tajam.
Tapi, Ratnayake yakin pandemi Corona tak sesadis perang saudara selama puluhan tahun itu. Dia juga yakin wisata di Ella akan hidup lagi dalam waktu dekat, tidak mati puluhan tahun seperti saat perang saudara itu.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!