Startup jaringan layanan perhotelan, OYO Indonesia, memutuskan merumahkan sebagian karyawannya. Langkah ini diambil sebagai bentuk penyesuaian bisnis akibat pandemi COVID-19.
Saat ini sebanyak 50 persen dari total 800 karyawan OYO Indonesia telah dirumahkan dengan status cuti di luar tanggungan. Keempat ratus karyawan tersebut dirumahkan sejak 25 April 2020.
"Terkait cuti di luar tanggungan, ada 50 persen yang terdampak. Kami bisa bilang mereka sebetulnya bukan unpaid leave karena kalau unpaid leave tidak dibayar sama sekali, tapi ini ada penyesuaian upah. Kami lakukan dalam konteks mengikuti anjuran pemerintah untuk mencegah terjadinya PHK," kata Country Head of Human Resource OYO Hotels and Homes Indonesia Benny Rachmadin melalui webinar pada Rabu (17/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama karyawan tidak bekerja, Benny juga menjelaskan perusahaan tetap membayarkan hak-hak karyawan, termasuk membayarkan tunjangan hari raya (THR) dan insentif yang pada April lalu dilaporkan jumlahnya mencapai Rp 1,5 juta per bulan selama cuti berlangsung.
"Masih ada yang dibayarkan sejumlah tunjangan, asuransi tetap berlaku, THR dibayarkan full sesuai gaji asli mereka," ujar Benny.
OYO Indonesia juga melaporkan bahwa saat ini bisnisnya telah mengalami penurunan okupansi mencapai 60 persen. Dalam menyikapi hal ini, Country Head Emerging Business OYO Hotels and Homes Indonesia Eko Bramantyo menyampaikan keputusan merumahkan karyawan diambil sebagai bagian dari konsolidasi dalam menghadapi kondisi tersebut.
"Kami tidak ingin melepas rekan-rekan kami karena kami juga butuh karena suatu saat pandemi ini sudah kembali normal. Kami juga masih membutuhkan tapi, dari beban organisasi, itulah yang terpaksa dan harus kami lakukan (merumahkan karyawan) agar OYO Indonesia bisa menghadapinya sehingga kami bisa melewati pandemi ini," kata Eko.
Sementara itu, OYO secara global sebagai startup asal India yang juga sudah memiliki banyak cabang di berbagai negara, pada awal April 2020 mengumumkan telah melakukan PHK terhadap 12 ribu karyawannya. Dikutip dari Bloomberg, keputusan ini diambil karena pendapatan mereka turun 50-60 persen, sehingga perlu merampingkan organisasi dan mengurangi biaya.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan