Travel Agent dan maskapai, dua industri yang saat ini sulit untuk bertahan di tengah pandemi Corona. Ditambah proses refund yang banyak dikeluhkan masyarakat.
Banyak traveler yang sudah merencanakan perjalanannya bahkan berbulan-bulan sebelum wabah Corona datang. Memasuki bulan Maret, ketika semua askes pariwisata terhenti mereka meminta refund yang membuat travel agent dan maskapai di masa yang sangat sulit.
"Ketika (customer) sudah melakukan deposit untuk tur-tur yang rencananya dilaksanakan di musim lebaran atau haji, ternyata tidak bisa terlaksana, sementara travel agent pun udah menyetorkan uang deposit kepada maskapai untuk blocking seat. Nah ini another challenge untuk rutinitas travel agent karena uangnya ini akhirnya mengendap di maskapai dan maskapai pun kesulitan untuk mengembalikan kepada travel agent," kata Sekretaris Jenderal Astindo, Pauline Suharno dala Webinar "Tantangan Kompleksitas Pengembalian Dana Industri Travel di Tengah Pandemi COVID-19," Kamis (18/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan uang traveler sudah dipakai untuk keberangkatan berikutnya. Untuk mendapatkan uang kembali, harus ada keberangkatan dan pemesanan selanjutnya, tentu ini menjadi hal yang tak bisa selesai dengan cepat.
Dalam menghadapi hal ini, travel agent berusaha survive untuk dapat membuka kembali pariwisata mereka nantinya setelah masyarakat sudah merasa aman. Saat ini yang bisa dilakukan oleh travel agent untuk bisa bertahan ialah membuat tur virtual.
"Temen-temen itu kan kreatif, mereka sekarang mulai buat lah tuh virtual tour yang dijual melalui beberapa platform baik online maupun offline," kata Pauline.
"Ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan oleh travel agent lebih untuk menjaga supaya kita tetap survive sampai saatnya nanti pariwisata sudah mulai lagi," tambahnya.
Selanjutnya, menurut Pauline, travel agent harus bisa meyakinkan customer bahwa mereka tidak akan kehilangan uang. Hanya saja saat ini proses masih tertunda.
"Jadi nggak perlu khawatir uangnya kalian tuh nggak akan dikembalikan, karena kita tuh tetap memproses apapun yang dibatalkan oleh customer, apapun permintaan mereka ada yang ganti tanggal ada yang rescheduled segala macam itu tetap kami akomodir," pungkasnya.
IATA mengeluarkan statement bahwa maskapai juga tahu saat ini uang tidak bisa dipegang. Maskapai sebenarnya ingin mengembalikan uang cash kepada customer namun kondisi mereka tidak memungkinkan, sama seperti travel agent yang kondisinya terjepit. Lalu, salah satu solusi yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan travel voucher.
"Travel voucher itu adalah mem-preserved haknya si konsumen untuk bisa digunakan di kemudian hari, jadi ini sama saja dengan si airlines itu menjaga haknya customer tanpa membangkrutkan diri mereka. Kalau misalnya dipaksa balik semua, industri akan ambruk karena akan bangkrut," kata Aviation Expert, Gerry Soejatman.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!