Bikin Onar, Monyet-Monyet di Thailand Disterilisasi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bikin Onar, Monyet-Monyet di Thailand Disterilisasi

Femi Diah - detikTravel
Kamis, 25 Jun 2020 15:08 WIB
LOPBURI, THAILAND - FEBRUARY 16:  A monkey sits while he gets a vaccination by Veterinarian Juthamas Supanam at the Lopburi Monkey Hospital in Lopburi on February 16, 2004, about 160 kilometers north of Bangkok, in Lopburi, Thailand. The hospital takes care of the hundreds of monkeys who live at the Phra Prang Sam Yot temple.They are tolerated by the Thai people even though they end up getting into trouble on a daily basis running into oncoming traffic and stealing food.  (Photo by Paula Bronstein/Getty Images)
Monyet di Lopburi disterilisasi. (Getty Images/Paula Bronstein)
Lopburi -

Ratusan monyet di kawasan wisata Provinsi Lopburi, Thailand disterilisasi. Kelakuan monyet-monyet itu mulai merugikan warga demi mendapatkan makanan.

Monyet-monyet di Lopburi itu biasanya tumbuh berdampingan dengan penduduk lokal. Kawanan monyet itu menjadi salah satu daya tarik turis, baik lokal ataupun asing untuk datang ke lokasi tersebut.

So, sebelum pandemi virus Corona monyet-monyet itu bisa dibilang tak kekurangan makanan. Mereka mendapatkan makanan dari wisatawan.

Tapi, seiring munculnya pandemi virus Corona dan Thailand menutup perbatasan sejak 4 April, tak ada turis datang. Sekitar 2.000 monyet yang ada di sana kesulitan beradaptasi dengan situasi itu. Mereka kelaparan dan turun ke jalan unntuk mendapatkan makanan dan sangat agresif. Tingkah itu dinilai makin membahayakan penduduk.

Pemerintah Thailand pun turun tangan. Mereka menangkap sekitar 500 monyet dan mengumpulkannya untuk kemudian disterilisasi. Itu sebagai upaya untuk menekan pertumbuhan monyet.

"Mereka sudah terbiasa meminta turis memberi makan dan kota tidak menyediakan ruang bagi mereka untuk berjuang sendiri," kata Supakarn Kaewchot, seorang dokter hewan pemerintah, seperti dikutip Reuters.

"Dengan hilangnya turis, mereka menjadi lebih agresif, memerangi manusia demi makanan untuk bertahan hidup," dia menambahkan.

"Mereka menyerang bangunan dan memaksa penduduk setempat meninggalkan rumah mereka," Supakarn menjelaskan.

Bahkan sebelum Thailand menutup perbatasannya, rekaman video menunjukkan hewan-hewan itu berkelahi untuk mendapatkan sisa makanan di jalan di Lopburi pada bulan Maret. Waktu itu, kawasan wisata di Lopburi juga sudah kehilangan turis.

Tawuran Dua Geng Monyet

Hewan-hewan itu dilaporkan bagian dari dua 'geng saingan'. Yakni, kubu satu dari monyet-monyet yang tinggal di kota dan yang kedua merupakan monyet yang tinggal di kuil. Mereka berebut makanan.

Monyet yang tinggal di area kuil menuju tengah kota untuk mencari makanan hingga mengarah kepada pertikaian. Sementara itu, monyet kota tak bisa menerima kalau harus mencari makanan sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ya, monyet kota beda dengan monyet di alam liar. Monyet-monyet itu tidak perlu berburu makanan. Tapi, dengan tak terbiasa berburu itu mereka menjadi memiliki waktu luang dan energi cukup banyak untuk bereproduksi sampai-sampai jumlah populasi mereka menjadi berlebihan dan menyebabkan masalah.

Untuk mencoba mengendalikan populasi mereka yang tumbuh cepat, pihak berwenang di Lopburi memutuskan untuk menurunkan pertumbuhan monyet kota.

Caranya, dengan menempatkan kandang besar di sekitar kota dengan buah-buahan yang menggoda sebagai pancingan. Monyet-monyet yang terperangkap dibawa ke meja operasi, dibius, dicukur, dan ditato dengan nomor referensi unik di bawah lengan mereka.

Mereka berbaring telentang di bawah kain hijau saat dokter hewan melakukan vasektomi atau operasi ligasi tuba. karena anestesi itu, monyet-monyet akan tertidur semalam, kemudian dibawa kembali ke suku masing-masing.

Dalam tempo dua bulan, sebanyak 500 monyet disterilisasi. Supakarn mengatakan sterilisasi tidak akan menimbulkan ancaman bagi populasi monyet dan tujuannya hanya untuk memperlambat laju pertumbuhan perkotaannya.

"Kami tidak melakukan ini di alam liar, hanya di daerah kota," kata Supakarn.




(fem/ddn)

Hide Ads