Sejarah Tanzanite Batu Mulia yang Bikin Penemunya Jadi Miliuner

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sejarah Tanzanite Batu Mulia yang Bikin Penemunya Jadi Miliuner

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 26 Jun 2020 17:22 WIB
A Tanzanian tanzanite miner holds 09 June 2006 a gem worth locally 200 US dollars outside the Mererani mine, which runs 300 meters into the ground. In the United States, which accounts for 80 percent of the worlds consumption, 400 million dollars (317 million euros) worth of tanzanite jewelry is sold each year. Maasai herders first found the stone in 1967, prompting famed US jeweller Tiffany and Co. to call it
Penambang memegang batu Tanzanite Foto: AFP/MATT BROWN
Jakarta -

Penemuan batu langka Tanzanite di Tanzania oleh penambang berskala kecil bikin heboh. Bagaimana batu itu ditemukan?

Tanzanite itu ditemukan di kaki Gunung Kilimanjaro, tepatnya di utara Bukit Mirerani, Manyara pekan lalu oleh Saniniu Kuryan Laizer, 52 tahun. Dia memperoleh batu Tanzanite seberat 9,27 dan 5,1 kg.

Oleh Laizer batu itu dilego kepada pemerintah pada Rabu (24/6/2020). Nilainya bikin geleng-geleng kepala, mencapai 7,7 miliar Tanzania atau sekitar USD 3,3 juta. Jika dirupiahkan, nominalnya mencapai Rp 42 miliar.

Tanzanite itu memang spesial. Dikutip dari laman Gemological Institute of America (GIA) Jumat (26/6/2020), lembaga yang berfokus pada penelitian bebatuan, batu itu ditemukan hanya di satu tempat di bumi, yakni Tanzania.

Ya, batu mulia tanzanite cuma ada di Tanzania. Berdasarkan penelitian, pada jutaan tahun yang lalu, peristiwa tektonal Gunung Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika, merupakan sumber dari kristal zoisite yang berada di bawah tanah.

Sumber lain menguatkan kalau batu itu spesial. Sumber tersebut mengklaim batu Tanzanite merupakan jenis batu permata yang langka dan hanya ditemukan pada satu tempat di dunia.

Tanzanitejewelrydesigns menyebut tambang di Mirerani merupakan yang terbesar dan paling produktif dari semua jenis tambang permata di negara ini. Tambang tersebut tidak hanya menghasilkan zoisit biru halus (tanzanite), mereka juga menghasilkan zoisit berwarna merah muda, kuning, dan hijau serta sejumlah mineral lain termasuk krom diopside, garnet tsavorite, apatit biru, tremolit hijau, dan axinite.

Di antara batuan tersebut, bentuk mint hijau dari garnet grossularite yang dikenal sebagai "merilani mint garnet" yang menjadi primadona para kolektor permata.

Mitos menyebut batu permata di area itu diakibatkan dari kilat yang menyambar padang rumput membakarnya. Nah, panas itulah yang mengubah kristal zoisit coklat di permukaan menjadi biru.

Suku Maasai disebut sebagai penemu batu Tanzanite pertama kali. Mereka menggunakannya sebagai jimat yang membawa kesehatan dan umur panjang.

Tapi, apresiasi diberikan kepada penjahit lokal bernama Manuel de Sousa. Dia dianggap sebagai penemu tanzanite pada 1967. Padahal, Manuel bisa menemukan tanzanite itu setelah mendapatkan informasi dari para penggembala Suku Maasai. dan ia mempertaruhkan klaim penambangan pertama pada tahun 1967.

Meskipun Manuel de Sousa sering mendapat pujian atas penemuan Tanzanite pada tahun 1967, dalam catatan Survei Permata Amerika Serikat mencatat sudah ada daftar identifikasi batu biru kristal zoisit oleh Dr. William Pecora pada tahun 1959.



Pada 1970-an, Henry Platt, cucu dari Louis Comfort Tiffany, ritel perhiasan dan barang-barang antik Amerika Serikat, jatuh cinta pada Tanzanite. Dia optimistis batu tersebut memiliki prospek besar di pasar dunia.

Platt pun mengubah nama batu mulia itu dengan Tanzanite--waktu itu masih disebut ziosite. Tujuannya, agar batu itu makin identik dengan negara asalnya Tanzania. Platt kemudian mengklaim Tanzanite sebagai batu permata biru terindah yang ditemukan dalam 2000 tahun.

Jadi, makin penasaran kan untuk traveling ke Tanzania, khususnya ke Gunung Kilimanjaro? Siapa tahu menjumpai batu Tanzanite saat sedang jalan-jalan.




(fem/ddn)

Hide Ads