Usia separuh abad tak mengendurkan semangat Subiyatno (56) untuk berkeliling dan menjelajahi setiap kota yang ada di Pulau Jawa-Bali dengan naik sepeda.
Hebatnya, pria asal Temanggung, Jawa Tengah itu memilih sepeda sebagai alat transportasinya. Dia mengayuh sepeda tua yang dibelinya seharga Rp 110 ribu. Subiyatno tampak terlihat masih sehat, meskipun telah menempuh jarak ribuan kilometer dengan jalur yang menanjak dan menurun.
Ditambah lagi sebagian sparepartnya sudah berkarat. Di bagian depan sepedanya ada papan dari triplek yang dibubuhi tulisan 'Gowes Temanggung'. Papan tersebut diikatkan ke keranjang besi yang digunakan untuk menyimpan minum, jaket, serta jas hujannya. Di bagian belakang ada bendera merah putih yang warnanya sudah pudar dan lusuh.
![]() |
Dalam balutan pakaian sepeda yang lusuh dan kotor akibat debu jalanan dan asap kendaraan, pria ramah senyum itu menceritakan awal perjalanannya mengelilingi Pulau Jawa sejak awal Februari.
Ia mengawali perjalanan dari Temanggung, menuju Blora, lanjut ke Purwodadi, Ngawi, Madiun, Ponorogo, Pacitan, Yogyakarta, Brebes, Cirebon, Indramayu, Subang, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Cimahi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, ia berencana melanjutkan perjalanan ke Cileunyi, bertemu rekannya sesama penyuka gowes keliling Indonesia.
"Awalnya saya enggak niat mau gowes sampai ke Jawa Barat. Jadi saya hanya mau keliling Jateng, terus karena ada Corona akhirnya saya lanjutkan gowes ke Jatim terus ke Jabar ini," ungkap Subiyatno saat ditemui detikcom ketika istirahat di Jalan Raya Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (26/6/2020).
Ketidaksengajaannya itu sangat tergambar dari sedikitnya bekal uang yang dikantongi selama perjalanan. Ia hanya membawa bekal uang Rp 140 ribu, ditambah sejumlah pasang pakaian yang disimpan di dalam tas yang diikat dengan karet ban di jok belakang sepedanya.
"Saya hanya bawa uang Rp 140 ribu. Tapi kalau untuk makan biasanya banyak yang ngasih, termasuk ngasih uang tapi saya enggak pernah meminta. Pakaian saya hanya bawa sedikit, jadi kalau istirahat biasanya saya cuci, setelah kering baru saya lanjutkan perjalanan lagi," bebernya.
![]() |
Untuk istirahat, biasanya ia memilih pom bensin, kantor desa, kantor polisi, atau koramil. Selama meminta izin, ia belum pernah mendapatkan penolakan untuk bermalam. Peralatan tidurnya pun sangat sederhana, hanya matras dari busa tipis, tanpa bantal apalagi selimut.
"Pasti diizinkan, karena bisa sambil cerita perjalanan saya juga. Kalau tidur ya hanya pakai matras tipis saja, kadang kedinginan tapi ya kan ada jaket, yang penting bisa istirahat," ceritanya.
Selama perjalanan, dirinya mendapatkan banyak pengalaman unik. Seperti desa-desa yang dilockdown dan banyak orang baik yang menawarinya tumpangan lantaran tak tega melihat pria seusianya terus mengayuh sepeda di teriknya matahari.
"Tujuan saya kan mau olahraga dan jalan-jalan. Kalau naik mobil yang bukan gowes namanya. Saya menolak kalau ditawari naik mobil. Pokoknya sampai pulang lagi ke rumah saya harus gowes terus. Belum tahu kapan mau pulang, ya selama masih Corona saya gowes aja terus," katanya.
Sebelum berkeliling ke Jawa Barat, dirinya juga sudah pernah melakukan perjalanan keliling Surabaya, Madura, hingga Bali selama 35 hari. Selama itu pula, keluarganya tak pernah melarang hobinya gowes jarak jauh.
"2017 lalu saya sudah pernah ke Madura sampai Bali selama 35 hari. Jadi mungkin karena sudah terbiasa gowes jauh, jadi ketagihan sampai sekarang. Keluarga juga nggak pernah melarang naik sepeda," kisahnya.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol