Pandemi COVID-19 kian ganas menerjang industri penerbangan. Salah satu korban terbarunya adalah maskapai British Airways.
Sebelumnya, kabar kebangkrutan di kalangan maskapai British Airways memang telah santer terdengar. Beberapa waktu lalu, berembus rumor kalau maskapai Inggris ini akan memecat sekitar 12 ribu staffnya termasuk memotong gaji pramugarinya.
Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Jumat (3/7/2020), yang terbaru pihak British Airways disebut telah mencapai kesepakatan untuk memecat sekitar 350 pilotnya seperti diberitakan media Skift.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sampai situ, sekitar 300 karyawan lagi terancam berada dalam posisi tak menyenangkan atau di-pending sampai dibutuhkan kembali seperti diberitakan media The Sun pada Minggu kemarin (28/6).
Kondisi terakhir, pilot dan co-pilot yang terancam dirumahkan itu saat ini diketahui tak memiliki pesawat untuk diterbangkan. Sementara itu, mereka juga kena potong gaji 50%. Sedangkan staff lainnya kena potong hingga 15%.
Ketika para pilot yang 'digantungkan' itu kembali mengudara, kru maskapai yang bertugas akan mendapat 7,5% bayarannya kembali. Sementara sisanya tak akan dibayarkan, ujar laporan tersebut.
Kabar itu pun kini tengah dibicarakan dengan asosiasi pilot Inggris (BALPA). Induk maskapai British Airways, International Airlines Group (IAG), seperti dikutip dari Sky News mengatakan grup mereka mengalami kerugian sampai 535 juta Poundsterling pada kuartal pertama tahun ini, yang mayoritas kerugian terjadi di British Airways. Situasi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada kuartal kedua.
"British Airways secara resmi memberi tahu serikat pekerja mengenai program restrukturisasi yang diusulkan, mengingat dampak COVID-19 pada operasi saat ini dan pemulihan jumlah penumpang seperti pada tahun 2019 akan membutuhkan waktu beberapa tahun," demikian pernyataan perusahaan.
Baca juga: Bye-bye Alkohol dalam Penerbangan Ekonomi! |
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum