Pernah dengar Desa Malana? Ini adalah perkampungan tersembunyi di Puncak Everest. Ya, ibaratnya mereka adalah orang Baduy di Himalaya.
Puncak Everest memang masih jadi misteri. Jauh di Lembah Parvati, tepatnya di wilayah Himachal Pradesh, India bagian utara terdapat desa kecil yang belum banyak didengar traveler. Desa bernama Malana.
Jangan bayangkan akses jalan yang mulus. Tempatnya yang tersembunyi saja sudah menggambarkan betapa kerasnya usaha yang diperlukan untuk sampai ke sana.
Traveler butuh waktu 4 jam jalan kaki dari Lembah Parvati. Treknya tak mudah, kadang menembus kabut tebal, naik turun bukit dan melewati tebing-tebing curam tanpa pengaman. Tak ada kendaraan yang bisa lewat.
Mengapa penduduk desanya betah tinggal di area terpencil? Alasannya cukup sederhana, layaknya orang-orang Baduy yang merasa risih dengan kedatangan turis, penduduk Desa Malana tak mau kehidupannya diusik.
![]() |
Mereka berjumlah sekitar 1.000 orang dan menutup diri dari dunia luar. Bagi warga Malana, pemandangan eksotik Pegunungan Himalaya yang tertutup salju sudah cukup untuk mereka.
Ada sebuah legenda yang menceritakan bagaimana penduduk Desa Malana bisa sampai di atas Himalaya. Konon penduduk Desa Malana, sejumlah pasukan Iskandar Agung membangun tempat perlindungan di desa yang terkucil ini pada 326 Sebelum Masehi, sesudah terluka akibat perang melawan Porus, pemimpin di wilayah Punjab, India.
Para serdadu ini sering disebut-sebut sebagai leluhur orang-orang Malana. Artefak-artefak dari masa itu ditemukan di desa tersebut, seperti sebilah pedang yang dilaporkan ditemukan di dalam kuil.
Meski begitu, hubungan genetik dengan para serdadu Iskandar Agung itu belum pernah diteliti atau ditemukan. Faktanya, banyak penduduk lokal yang tidak mengerti tentang cerita tersebut.
Uniknya lagi, Desa Malana memiliki bahasa sendiri. Mereka berbicara dalam bahasa Kanashi, yang dianggap suci dan tidak diajarkan kepada orang asing. Juga tidak digunakan di belahan dunia lain.
Anju Saxena seorang profesor linguistik dari Uppsala University, Swedia pernah meneliti tentang bahasa Kanashi. Menurutnya, bahasa itu tidak dapat terdefinisikan dan hanya ada di Desa Malana.
"Bahasa Kanashi memenuhi syarat sebagai bahasa lisan dan hampir tidak terdefinisikan, yang terancam punah. Bahasa itu milik keluarga bahasa Sino-Tibetan, dan semua desa-desa di sekitarnya, bahasa Indo-Aryan diucapkan, yang sama sekali tidak terkait dengan bahasa Kanashi. Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang struktur prasejarah dan linguistiknya," paparnya.
![]() |
Meski berada terpencil dari dunia laur, Desa Malana mengenal yang namanya demokrasi. Katanya demokrasi Malana merupakan salah satu yang tertua di dunia dan mirip dengan sistem demokrasi Yunani Kuno, terdiri dari majelis rendah dan majelis tinggi. Tapi tetap saja, keputusan tertinggi ada pada pemuka agama setempat.
Mehk Chakraborty, penulis dari BBC Travel mengisahkan tentang pengalamannya ke Desa Malana pada pertengahan tahun 2018. Menurutnya, orang-orang di sana sangat tertutup.
"Bahkan saat saya mau membeli air minum, saya disuruh meletakkan uang di meja dan disuruh pergi tanpa si penjual melihat saya sedikit pun," katanya.
Bahkan, pengunjung dilarang bermalam di Desa Malana. Siapapun pengunjungnya, mereka hanya bisa masuk pada siang hari. Tidak boleh sampai malam hari, apalagi ya itu tadi, sampai bermalam.
Bagi orang-orang India, penduduk Malana sudah dikenal sangat ketat dan tegas pada pengunjung dari luar desa mereka, meski adalah orang India. Kabarnya, penduduk Malana hanya bisa menikah dengan penduduk Malana alias tidak boleh dengan orang luar. Kalau sampai melanggar, bisa diusir dari desa.
"Karena sangat menyadari bahwa orang asing tidak diterima di sini, saya merasa seperti penyusup. Tidak peduli apakah saya suka atau tidak, penduduk lokal tidak akan membawa saya masuk, dan saya harus menghormati budaya mereka," tulis Mehk Chakraborty.
Bagi orang Malana, saling menghormati adalah kunci dari kehidupan. Sementara bagi dunia, Desa Malana adalah teka-teki dunia yang penuh misteri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(bnl/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol