Wisata Asia Kelebihan Turis Kemarin, Lalu Rugi Rp 491 T

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wisata Asia Kelebihan Turis Kemarin, Lalu Rugi Rp 491 T

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Selasa, 14 Jul 2020 08:11 WIB
Pariwisata Asia Tenggara
Angkor Wat di Siem Reap Maret 2019 (Foto: CNN)
Jakarta -

Asia pada tahun 2019 adalah destinasi populer bagi wisatawan seluruh dunia. Lalu, pandemi Corona datang dan uang Rp 491 triliun menguap karenanya.

Diberitakan CNN, 133 juta wisatawan mengunjungi kuil-kuil kuno hingga menjelajah alam liar di Asia Tenggara. Pantai berpasir putih indah tak kelewatan jadi tempat persinggahan.

China jadi penyumbang turis yang paling besar. Negeri Tirai Bambu jadi pasar terbesar turis dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena hal di atas, warga lokal hingga pemerintah mengeluh akan kelebihan turis yang berefek pada kebersihan destinasi wisata, rusaknya karang hingga situs-situs budaya juga alam.

Kemudian pandemi Corona melanda secara global. Negara-negara lockdown. Perjalanan internasional berkurang secara dramatis. Dan para turis sebagian besar sudah pergi ke rumah masing-masing.

ADVERTISEMENT

Untuk negara-negara seperti Kamboja, di mana pariwisata menyumbang sekitar 30% dari PDB, efeknya sangat terasa. Asia-Pasifik diperkirakan kehilangan USD 34,6 miliar atau Rp 491 triliun karena pandemi ini, kata Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA).

Ketika perjalanan berangsur normal, nanti, negara-negara yang bergantung pada pariwisata akan bersaing berebut wisatawan. Namun, jeda perjalanan global ini harus dijadikan momen untuk memeriksa pembangunan pariwisata yang menguntungkan juga berkelanjutan.

Pariwisata Asia TenggaraMaya Bay, Thailand (Foto: CNN)

Contoh, Filipina yang dikunjungi jutaan wisatawan untuk menikmati pantai indah harus meninggalkan kesan buruk. Presiden Roderigo Duterte harus menutup pulau Boracay pada tahun 2018 karena dianggap sudah menjadi kolam limbah.

Pulau Boracay pun ditutup selama enam bulan untuk dibersihkan secara menyeluruh. Agen travel dan pengelola penginapan tak bertanggung jawab yang memanfaatkan viralnya Boracay membuat masalah serius bagi alam.

Setelah ditutup selama berbulan-bulan, pulau itu dibuka kembali pada Oktober 2018 dengan aturan baru. Jumlah wisatawan dari 19.000 menjadi 6.000 dan melarang merokok juga minum alkohol di pantai.

Hotel-hotelnya sekarang harus terakreditasi dan mematuhi standar lingkungan, termasuk pembuangan limbah yang tepat, dan zona larangan membangun telah diperpanjang hingga 30 meter dari garis pantai. Bangunan yang melanggar dibongkar.

Pandemi membuat beberapa destinasi wisata lainnya seperti ditutup permanen. Namun ada efek baik mengikutinya, yakni Thailand kembali didatangi penyu hijau dan duyung di lepas pantai Trang, juga kemunculan hewan terbilang langka lainnya.

Di pantai Maya terlihat sekelompok hiu karang, di pulau Similan terlihat lumba-lumba, hiu paus dan kura-kura bertelur. Ada pula penampakan hewan langka seperti harimau dan telah mendorong Menteri Sumber Daya dan Lingkungan Nasional Thailand untuk menutup taman nasional selama dua bulan setiap tahun.

Thailand juga mengalami kelebihan kunjungan, yakni di destinasi wisata Maya Bay. 5.000 orang mengunjunginya per hari lalu ditutup pada Juni 2018 hingga paling tidak Juni 2021 karena ada rehabilitasi laut di sana.

Pariwisata Asia TenggaraPantai Kuta Desember 2017 (Foto: CNN)

Kompleks

Angkor Wat di Kamboja adalah situs penting perpaduan dari budaya, agama dan sejarah. Lebih dari dua juta turis mengunjunginya pada 2019, kunjungan ini sedikit banyak mengancam pondasinya.

UNESCO melaporkan ledakan pariwisata membuat kota Siem Reap kekurangan air. Penyedotan air tanah yang berlebihan akan memicu amblesnya situs-situs di sana.

Membatasi tiket dan menutup gerbang jadi cara lama untuk mengontrol jumlah wisatawan di seluruh dunia. Membuat reservasi pada aplikasi atau situs juga dapat membantu membatasi jumlah kerumunan di suatu destinasi wisata.

Pariwisata di Asia Tenggara mengalami peningkatan dalam 20-30 tahun terakhir. pesawat murah jadi pemicunya dan pemerintah harus tahu apakah hanya akan mendatangkan wisatawan yang akan tinggal lama atau hanya sekilas saja.

Di Bali, para pejabat telah mengusulkan pajak USD 10 untuk turis asing dan bakal diterapkan pada tahun ini. Uang itu untuk mendanai program untuk melestarikan lingkungan dan budaya Bali.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Udayana menemukan bahwa wisatawan tidak akan keberatan membayar pungutan itu jika ditujukan untuk menjaga lingkungan.




(msl/fem)

Hide Ads